“Raka lo—”
Ari Hardianah Harahap--
“Gue capek, mau tidur.” Raka menarik selimut dan menyembunyikan dirinya, membelakangi Arsena yang kini bimbang juga bingung. Raka mendengar suara pintu tertutup kencang. Ia kalah, sedari dulu, dan pemenangnya selalu saja sama, Juandra yang ia benci setengah mati. Hari itu, Raka menyesali perkataanya, selain kehilangan cintanya, ia kehilangan sahabatnya, Arsena. (Bersambung)