Oleh : Dr. Noviardi Ferzi*
TAHUN 2023 Bank Pembangunan Daerah Jambi atau Bank Jambi menargetkan laba Rp 360 miliar dengan fokus memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur layanan.
Target tersebut saya pandang realistis, mengingat tahun 2023 situasi perekonomian Provinsi Jambi masih dipengaruhi berbagai situasi seperti inflasi tinggi, harga komoditas sawit dan karet yang berfluktuatif hingga situasi makro dan mikro yang belum pulih sepenuhnya dari Pandemi Covid 19.
Soal Inflasi misalnya, memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kelompok bank besar. Sehingga Bank Jambi mau tak mau harus meningkatkan antisipasi terhadap pergerakan tingkat inflasi di masa yang akan datang, agar fluktuasi tingkat inflasi nantinya tidak mempengaruhi profitabilitas perbankan, di samping meningkatkan proporsi pendapatan yang berasal dari fee-based income
Hal ini wajib diperhatikan, karena tahun 2022 lalu, Inflasi di Jambi pernah mencapai 8 persen lebih, memicu kenaikan harga barang dan penurunan daya beli serta konsumsi. Mengingat situasi ini wajar jika target laba yang dipatok di 2023 menyesuaikan pada level yang tidak terlalu tinggi.
Selain itu dibandingkan kinerja tahun 2022, target laba Bank Jambi tahun ini tergolong moderat. Pada tahun 2022 kemarin, Bank Jambi mampu membukukan Rp 340 miliar dari target Rp 320 miliar target laba. Pencapaian itu juga diiringi dengan total aset mencapai Rp 14 triliun, serta modal inti yang mencapai Rp 2 triliun.
Rasio keuangan memiliki beragam jenis dengan fungsi dan manfaat yang berbeda-beda dan spesifik. Salah satu contohnya adalah NIM yang merupakan singkatan dari Net Interest Margin.
Soal laba perbankan, penelitian Brock dan Suarez (2000), menyatakan net interest margin (NIM), berupa selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh bank dengan beban bunga yang harus ditanggung oleh bank, merupakan salah satu indikator menilai efisiensi intermediasi keuangan, semakin rendah NIM, maka bank dianggap semakin efisien dalam menjalankan fungsi intermediasinya.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, NIM merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktifnya. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari selisih antara bunga pinjaman yang diperoleh dari kegiatan penyaluran kreditnya dengan bunga simpanan yang dibayarkan kepada masyarakat karena telah menyimpan dananya di bank. NIM juga merupakan salah satu rasio rentabilitas yang penting, yaitu rasio untuk kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
Namun demikian, menurut Saunders dan Schumacher (2000), meskipun tingginya NIM biasanya dihubungkan dengan inefisiensi, NIM juga berkontribusi memperkuat sistem perbankan. Hal ini dapat terjadi saat keuntungan yang didapat dari spread yang tinggi disalurkan menjadi modal.
Terkait hal itu, percepatan pembangunan infrastruktur layanan itu sudah dilakukan Bank Jambi dengan menghadirkan layanan Juragan 9. Layanan ini mencakup beberapa produk dan layanan bank seperti kredit, dana maupun layanan digital dan juga dapat digunakan oleh UMKM.
Bank Jambi menggunakan strategi bundling atau penggabungan produk untuk meningkatkan jumlah nasabah. Dengan strategi ini, harga akan menjadi lebih ekonomis atau murah dari total harga kemasan persatuannya.
Dibalik tuntutan akan laba, penting juga untuk diingatkan cita-cita awal pendirian BPD. Yakni mendorong pembangunan daerah, meliputi infrastruktur, pertanian, perdagangan, dan sebagainya. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan antara laba dan kontribusi Bank Jambi pada pembangunan daerah. Sesuatu yang tak boleh terpisah atau dilupakan.
Fungsi BPD adalah mendorong terciptanya pertumbuhan perekonomian daerah, memegang kas dan mengelola keuangan daerah serta salah satu sumber pendapatan asli daerah.
Bank Jambi sebagaimana bank-bank daerah adalah perusahaan daerah yang didirikan untuk melayani masyarakat, memberikan kontribusi pendapatan asli daerah, dan memaksimalkan fungsinya sebagai sumber pembiayaan.