Puncak Gunung Kerinci Retak 4 Meter, Dampak Sering Erupsi, Membahayakan Pendaki

Senin 26-12-2022,08:32 WIB
Reporter : Hendri Dede Putra
Editor : joni trumanbe

KERINCI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Akibat terjadinya erupsi dalam tenggang waktu yang lama, satu bulan, Gunung Kerinci mengalami keretakan.

Keretakan di Gunung Berapi tertinggi di Sumatera ini terjadi di area puncak. 

Informasi yang disampaikan Dudung Maryono penanggung jawab pusat informasi R 10 TNKS, Kayu Aro, keretakan sekitar 4 meter. Dampak erupsi yang akan membahayakan pendaki. 

"Pasca sering erupsi retaknya nambah, untuk keretakan area bibir kawah sekitar 3-4 meter. Sangat membahayakan bagi pendaki apa bila mendekatinya," katanya kepada Jambi Ekspres, Minggu (25/12/2022) 

Untuk itu mulai saat ini pendaki yang akan ke puncak tidak direkomendasikan dengan berdiri. Akan tetapi harus merayap. Ini untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. 

"Jadi kalau muncak kami tak merekomendasikan berdiri lagi. Akan kembali seperti tahun 2003, harus merayap. Kalau selama inikan berdiri, jadi sekarang kami mengarahkan teman-teman pecinta alam hindari berdiri. Selain itu menghindari hembusan angin belerang bisa oleng, " ujarnya.

Selain itu jalur pendakian belum lama ini ada juga terjadi longsor. Namun menurut Dudung bisa dilewati. Sementara itu jalur pendakian Gunung Kerinci merupakan satu-satunya gunung yang tidak bisa dialihkan jalur pendakian baru. "Ini sudah pernah kita coba mau alihkan jalur dari shelter III. tapi tak bisa, saya sudah coba di beberapa gunung, hanya gunung Kerinci yang tidak bisa, " kata Dudung yang sudah 7 tahun bertugas di Pos Jaga R10. 

Saat ini, kata dia, meskipun Gunung Kerinci tidak lagi erupsi, jalur pendakian ke gunung tertinggi di Sumatera ini ditutup menjelang Tahun Baru 2023. Tebalnya abu dan belerang sisa erupsi di bagian puncak sangat berbahaya bagi pendaki.

Penutupan jalur pendakian ini diputuskan berdasarkan koordinasi tiga lembaga, yakni Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kerinci.

Dudung mengatakan bahwa kebijakan penutupan ditetapkan setelah tim melakukan survei ke puncak gunung. Diketahui, pada ketinggian 3.000 mdpl masih banyak abu dan belerang sisa erupsi.

“Pada ketinggian 3.000 mdpl sampai puncak belum bisa didirikan tenda karena abu bekas erupsi masih tebal,” jelasnya

Dudung menjelaskan, saat survei beberapa hari lalu, di Shelter III menuju puncak petugas mengunakan masker. Namun, masker tembus abu. Oksigen di sekitar puncak membahayakan karena tercampur belerang.

“Ini disebabkan adanya penurunan kelembaban air. Banyak sisa abu di cekungan dan daun-daun terlihat gosong. Saya prediksi, selama dua bulan Shelter III sampai puncak tidak diguyur hujan,” sebutnya.

Selain tebalnya abu, saat survei petugas juga bertemu dengan dua tim yang sedang melakukan pendakian, yaitu Tim Delapan dan rim relawan. Kedua tim ini mendaki atas permintaan PVMBG.

“Tim Delapan berasal dari Antariksa Internasional. Mereka ditugaskan untuk mengecek alat bantu Seismograf  di Pos Panorama, Shelter II dan pada ketinggian 3.300 mdpl. Kemudian tim kedua membawa baterai alat tersebut,” jelasnya.

Kategori :