Jangan Sampai AS Juara Piala Dunia

Senin 28-11-2022,12:44 WIB
Editor : Setya Novanto

“Kalau melihat materi timnas Amerika, sulit Amerika bisa menjadi juara Mas,” kata seorang teman yang redaktur olahraga di sebuah media cetak.

 

Tapi bola itu bundar, segala sesuatu bisa terjadi. Kejutan dari Jepang dan Arab Saudi tidak terjadi lagi pada pertandingan kedua, semoga ada kejutan lagi pada laga ketiga. Posisi Jerman, tim terbaik dalam sejarah Piala Dunia, juga kritis dengan hanya meraih 1 poin dari dua pertandingan. Mengejutkan lagi, Maroko sukses menggilas Belgia 2-0. Pada setiap ajang Piala Dunia, kejutan itu selalu ada. Semoga kejutan seperti itu tidak terjadi di timnas Amerika.

 

Masyarakat Amerika memang tidak terlalu meminati olahraga seperti sepakbola. Mereka lebih senang dengan American football dan bola basket yang lebih banyak mencetak gol, daripada olahraga olah kulit bundar yang selama 90

menit pun belum tentu tercipta gol. Belum lagi aturan ketat terkait keselamatan pemain dalam sepakbola, sepertinya tidak menarik buat orang Amerika.

 

“Kalau Amerika juara dunia atau jadi Presiden FIFA (Federasi Sepakbola Internasional), mungkin aturan tentang offside dan kartu merah ditiadakan,” kata teman redaktur olahraga tadi, kembali dengan nada canda.  Kami pun tertawa.

 

Secara geopolitik internasional, Amerika Serikat adalah polisi dunia. Wajar mereka adalah sekutu pemenang Perang Dunia. Apalagi setelah Perang Dingin berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet pada 1991, Amerika sudah tidak ada lawan. Semua skenario geopolitik global, praktis ditentukan dunia. Hampir satu abad Amerika menguasai dunia, meski mungkin kendalinya sedikit berkurang dengan bangkitnya Republik Rakyat Tiongkok dalam bidang ekonomi, atau  masih tetap kukuhnya kekuatan militer Korea Utara dan Iran. Baik Korea Utara maupun Republik Islam

Iran adalah musuh bebuyutan Amerika adalah konstelasi geopolitik internasional. Kebangkitan Rusia di bawah Vladimir Putin juga menjadi kekhawatiran lain Amerika.

 

Iran pernah sukses mengalahkan Amerika pada 1979. Saat kelompok oposisi pimpinan Ayatullah Khomaeni sukses menjatuhkan kepemimpinan Shah Reza Pahlevi, rezim boneka Barat. Buntutnya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran diserbu dan diduduki massa, dan puluhan diplomat Amerika dijadikan sandera. Ini adalah kekalahan besar Amerika di era akhir 1970an, setelah sebelumnya puluhan ribu tentara Amerika harus lari tunggang langgang meninggalkan Vietnam yang tidak bisa mereka kalahkan.

 

Laga ketiga Grup B antara 

Iran melawan Amerika sangat menarik, tidak saja sebagai sebuah pertandingan sepakbola. Tetapi juga sebagai sebuah percaturan geopolitik internasional yang akan menumbuhkan atau melumpuhkan arogansi Amerika. Ayo Iran, kalahkan dan perkecil hegemoni Amerika di dunia melalui sepakbola. (tofan.mahdi@gmail.com)

Kategori :