Bagian 10: “Untuk Bagian Yang Tak Pernah Ada dalam Kisah Kita”

Rabu 28-09-2022,07:21 WIB
Editor : Setya Novanto

“Harusnya tidak sesakit ini, katanya sudah ikhlas? Lalu mengapa setiap saatnya penuh amarah dan terus terluka, padahal sakitnya sudah lama ya?”

>>>***<<<

Katanya tidak ada kenangan yang lebih pantas untuk diingat atau kenangan yang boleh kita lupakan karena merasa itu tidak lagi berharga atau menjadi bagian dalam hidup kita. Semuanya punya porsi, bagian – bagian dari mereka selalu ada akan saja nantinya yang menjadi bagian penting. Rania mencoba memahami segala makna yang dimaksud, dan anehnya satu – satunya kenangan yang tersisa di kepalanya, hanya tentang luka terakhirnya bersama Reno. Entah itu karena persitiwa paling menyenangkan yang pernah ada hingga buat ia susah lupa atau luka paling menyakitkan yang buat sakitnya bertahan lebih lama.

“masa lalu ada itu untuk buat manusia berpikir, kalo nyatanya melangkah itu juga punya kiatnya,” Ujar Reno, diantara mendung awan yang manghitam dan hatinya yang masih kelabu, Riana terkekah.

“Iya, sekarang langkah gue jadi lebih kuat. Ini buktinya bisa sendirian,” Jawab Riana tersenyum lembut, tidak ada wajah menyebalkan seperti biasanya, hanya tatapan mata sayu nan sendu.

“Kalo gue tanya tentang apa? Boleh?” Tanya Reno yang dibalas Riana dengan tawa kecil

Seandainya Riana bisa berteriak, bahwa luka paling dalam itu diberi oleh Reno. Luka yang paling menyakitkan itu diberi olehnya yang yang kini tengah membusuk dan menyatu dalam hati juga jiwa Riana. Matanya berkaca – kaca, tangis yang paling ia tahan adalah saat ini, saat dimana binary mata itu bertanya tanpa beban. Seolah diantara kita tidak pernah ada apa – apa selain kata bahagia dan rumah yang penuh tawa.

“Nanti kalo ada kesempatan, masih ada waktu yang lebih lama, aku cerita.” Riana sentimental. Oleh karena itu ia mengubah tata bahasanya, “Tolong jangan keman – mana, biar nanti aku nggak lupa buat cerita kisah lengkapnya.”

Reno mengernyitkan dahinya bingung, “kenapa nggak sekarang?” Tanya Reno

Riana tersenyum culus, “Karena itu sesuatu yang selalu aku doakan, biar kamu nggak pernah tau.” (bersambung)

Kategori :