JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Akbiat stok CPO di Indonesia tidak terkecuali di Provinsi Jambi menumpuk, menyebabkan pabrik-pabrik CPO pun mulai ancang-ancang berhenti melakukan operasional. Sekretaris Gapki Jambi, Edy Rusmawanto mengungkapkan, tidak keseluruhan pabrik yang berhenti operasionalnya, ada juga pabrik-pabrik yang memilih untuk menerapkan system buka-tutup guna menahan stok CPO dengan tujuan stok CPO tersebut tidak melimpah.
“Menumpuknya stok CPO seluruh Indonesia sama, karena ekspor CPO yang masih rendah walaupun keran ekspor telah dibuka,” kata Sekretaris Gapki Jambi, Edy Rusmawanto Sabtu (25/6).
Dikatakannya, permasalahan yang terjadi adalah pembeli CPO dari luar negeri atau dari sektor ekspor. Dari 1 ton CPO yang ditargetkan bagi Indonesia, baru terealisasi sebanyak 20 persen.
“Yang flush out belum sampai 20 persen,” terangnya.
Penyebab menumpuknya CPO disebabkan banyak faktor diantaranya regulasi pemerintah, karena ekspor CPO dibulan April lalu terjadi penurunan karena keputusan regulasi pemerintah.
“Dan pada Mei kemarin itu yang ditutup berpengaruh terhadap buyer mencari komoditi lain. Pembeli mencari komoditi lain pengganti atau kompetitor CPO. Berikutnya, ini masalah angkutan, jadi banyak yang tadinya sudah kontrak terhadap angkutan CPO ke luar negeri ini mengalihkan kepada angkutan-angkutan lain,” paparnya.
Pengangkut yang dimaksud adalah kapal-kapal yang mengirimkan ekspor CPO ke negara tujuan. Dampak penghentian ini menyebabkan kontrak pengangkutan terganggu dan kapal pengangkut beralih mengantarkan komoditi lain. Selanjutnya, berkaitan dengan kebijakan-kebijakan di negara-negara lainnya, negara-negara yang menjadi konsumen CPO. Inilah yang membuat ekspor CPO belum normal. Kondisi ini merata di seluruh Indonesia, termasuk Provinsi Jambi.
“CPO diekspor kan melalui beberapa pelabuhan. Untuk kembali membina hubungan dengan konsumen luar negeri juga tidak gampang karena sempat mengalami stagnan. Mereka otomatis mencari komoditi lain. Karena ini kan regulasi negara, ya gitu, regulasi negara itu pasti akan mengacaukan daripada kontrak-kontrak yang selama ini sudah ada antara produsen CPO dengan konsumen terutama di Negara Pakistan, India mapun pangsa pasar CPO di Eropa,” tandasnya. (yos)