KUALA TUNGKAL - Musim kemarau tidak hanya mengancam sebagian besar pulau Jawa. Kekurangan air kian terasa bagi warga di Kualatungkal dan sekitarnya. Cukup memperihatinkan, sebagian warga ada yang membeli air hujan seharga Rp 5000 sampai Rp 1000 per galon.
Salah seorang warga, Anwar, mengaku terpaksa mengambil air hujan, dari bak penampung air hujan milik keluarganya. Namun, tidak sedikit warga yang membeli air hujan, dengan kisaran harga Rp 5000 per derigen. ‘’Kalau air minum isi ulang, paling murah Rp 7000. Kalau merk ternama, bisa sampai Rp 14 ribu per galon. Makanya lebih bagus beli air hujan,’’ katanya.
Dampak kemarau kian terasa, terlebih-lebih air PDAM dan sumur bor banyak yang kekeringan. Terlebih-lebih, persediaan air hujan milik warga sudah menipis. Namun begitu, Anwar sendiri masih bisa bersyukur, meski musim kemarau melanda, bak penampung air hujan milik keluarganya cukup besar, sehingga cukup untuk persediaan dua bulan mendatang.
\"Kami sejak dulu menjadikan air hujan sebagai kebutuhan sehari-hari untuk minum, dan untuk kebutuhan mandi serta mencuci. Meskipun ada air PDAM (PAM) maupun sumur bor, tapi belum bisa dikonsumsi sebagai air minum,’’ ucapnya.
Di tempat terpisah, H Harun, pemilik bak penampung hujan, kepada wartawan mengatakan bak tersebut dibangun 17 tahun yang lalu. Dengan adanya bak tersebut, kebutuhan air tercukupi, meski persoalan air menjadi masalah klasik di Kualatungkal.
‘’Sudah 17 tahunan saya membuat bak untuk nampung air hujan karena dari tahun ke tahun masalah air ini di Tungkal tidak pernah tuntas. Makanya ini inisiatif saya untuk buat bak air dan Alhamdulillah tiap kemarau panjang kami tidak pernah putus air walaupun sering di bagikan kepada keluarga yang membutuhkan air untuk minum,’’ katanya.
Bagi tetangga, dia tidak pernah mematok harga, jika ada yang mengambil air hujan dari bak penampung. ‘’Kalau ada yang mau bayar silahkan, tidak ada juga tidak apa-apa,’’ katanya.
(ydn/imm/jenn)