Sudah 30 Tahun Kerja, Bertahan dengan Gaji Rp 50 Ribu Perhari
AKTIVITAS bongkar muat pasir di kawasan ancol, Pasar Jambi, sudah berjalan sejak puluhan tahun. Begitu banyak para kuli dan buruh yang mencari makan dari hasil bongkar muat tersebut.
HARI masih pagi, matahari pun masih mengintip dari balik embun, namun aktivitas di tempat bongkar muat pasir, yang lokasinya tidak jauh dari rumah dinas gubernur Jambi, sudah mulai menggeliat.
Di tempat itu, beberapa mobil truck terlihat parkir, persis di bibir sungai yang cukup luas. Tidak jauh dari bibir Sungai terlihat beberapa perahu kecil dan juga tongkang yang berfungsi untuk mengangkut pasir ke bantaran sungai.
Beberapa kuli bongkar muat pasir sudah stand by dengan peralatan masing-masing, sambil menunggu datangnya pelanggan. Salah satu kuli tersebut adalah Jamari, warga asli Jambi.
Kepada koran ini, kemarin, lelaki itu bertutur, dirinya sudah 30 tahun bekerja sebagai buruh angkut pasir dan kerikil. Pekerjaan itu dilakoninya untuk menghidupi empat orang anaknya.
‘’Alhamdulillah halal. Anak yang paling bungsi masih duduk di bangku SMA,’’ ujarnya melayani pertanyaan koran ini.
Penghasilan Jamari dari pekerjaan ini tidak begitu besar. Bekerja dari pukul 07.00 Wib sampai pukul 16.00 Wib, Jamari berpenghasilan sebesar Rp 50 ribu per hari. Namun dengan penghasilan segitu, dia masih mampu menyekolahkan anaknya hingga SMA.
“Saat ini saya uda 30 tahun lebih jadi kuli pasir dan kerikil,” ujarnya.
Dalam sehari, Jamari bersama 10 orang teman-temannya bisa muat sebanyak 10 truck pasir. ‘’Kami 10 orang itu bekerja bersama-sama, dapatlah sekitar 10 mobil perhari,’’ sebutnya.
Soal gaji sejauh ini pembayarannya lancar. ‘’H abis Kerja kangsung dibayar,” katanya.
Kendati masih bisa menghidupi keluarganya dengan bekerja kasar, Jamari tetap berharap perhatian dari pemerintah terkait nasib mereka.
‘’Kami minta upah minimum provinsi dinaikkan, jangan lagi gaji kami ditentukan oleh tauke,’’ tutupnya.
(***)