Jika Tak Usung Kandidat Internal
JAMBI - Suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bakal sia-sia. Ini menyusul lambannya partai tersebut menunjuk calon walikota yang diusungnya pada Pemilukada kota Jambi 2013 mendatang. Padahal, calon-calon walikota yang muncul ke permukaan sekarang ini sudah mengantongi dukungan Parpol minimal 7 kursi di DPRD Kota Jambi. Oleh karena itu, sepertinya PDIP tidak lagi menjadi incaran utama para kandidat. Karena, tanpa adanya dukungan dari PDIP, kandidat tetap bisa maju di Pilwako.
Fasha yang notabenenya merupakan kader internal Golkar sudah pasti akan diusung oleh Golkar yang meraih 6 kursi di DPRD Kota Jambi. Beberapa partai lainnya, juga akan berkolaisi untuk mengusung Ketua DPD AMPG Provinsi Jambi tersebut, yakni Gerindra (2 kursi), PPP, Barnas dan PDP masing-masing 1 kursi dan dua parpol gurem PPRN dan PIS. Jika dikalkulasi, Fasha sudah mengantongi dukungan 11 kursi yang jika dipersentasekan sudah mencapai angka 27 persen.
Sekjend Demokrat Provinsi Jambi Effendi Hatta juga sudah tidak pusing lagi memikirkan perahu politik untuk maju. Pasalnya, dengan raihan kursi Demokrat di Kota Jambi yang mencapai 10 kursi, membuat Demokrat tidak perlu lagi berkoalisi dengan parpol lain untuk mengusung satu pasangan calon.
Setali tiga uang, Sum Indra pun sudah memiliki dukungan parpol. Sum yang merupakan Ketua DPD PAN Kota Jambi sudah memiliki modal awal 6 kursi PAN di DPRD Kota Jambi. Ditambah dukungan dari PBR satu kursi dan dukungan parpol gurem, yakni PKPB, PBB dan PDK, sudah lebh dari cukup bagi Wakil Walikota Jambi itu untuk maju di Pilwako.
Calon incumbent Bambang Priyanto pun tak ketinggalan. Bambang hampir bisa dipastikan akan diusung PKS dengan jumlah kursi di DPRD Kota Jambi 5 kursi, melengkapi dukungan PKB sebanyak 2 kursi.
Menariknya, meski semua parpol besar sudah menentukan arah dukungan, PDIP hingga kini juga belum memastikan siapa jagonya di Pilwako. PDIP masih mungkin mengusung satu lagi pasangan calon dengan catatan harus berkoalisi dengan Hanura yang memiliki 4 kursi di DPRD Kota Jambi. Atau paling tidak, merangkul partai gurem yang belum menentukan dukungan.
Pengamat Politik Jambi, Jafar Achmad saat dimintai tanggapannya mengenai hal tersebut mengatakan, PDIP akan dirugikan karena lamban menentukan pilihan.
“Partai akan dirugikan karena tidak memiliki ikatan dengan siapa pun yang menang. Juga kontribusi terhadap proses pemenangan itu tidak ada,” ujarnya.
Selain itu disebutkannya, jika pun kandidat mendapatkan dukungan dari partai yang berlambang kepala banteng tersebut terkesan hanya sebagai pelengkap.
“Partai kesannya hanya jadi pelengkap. Namun dukungan partai ini juga belum final, biasanya hari-hari terakhir bisa saja dukungan partai ini berubah. Beberapa saat sebelum pendaftaran di KPU kadang ada dukungan partai yang pindah,” sebutnya.
Dikatakannya, jika kandidat sudah memiliki jumlah dukungan yang cukup untuk maju, harus memperhitungkan dukungan yang akan diberikan PDIP.
“PDIP mau memberi dukungan tidak masalah, tapi kalau memberatkan jangan diambil,” katanya.
Karena menurutnya, pengaruh partai terhadap dukungan dari para pemilih tidak terlalu signifikan. Pemilih di Kota Jambi ini termasuk pemilih tradisional.
“Pemilih kita tidak terikat dengan partai secara ideologis, pemilih PDIP di Pemilu lalu bisa saja memilih kandidat yang diusung PAN atau PKS misalnya. Jadi tidak ada pengaruh partai dengan penentuan pilihan, pemilih yang fanatik tidak signifikan,” jelasnya.