Sawit Masih Anjlok, Ekonomi Lesu

Jumat 16-11-2012,00:00 WIB

JAMBI - Hingga kini harga sawit belum juga melonjak, bahkan masih anjlok. Petani diberbagai daerah dalam provinsi Jambi masih mengeluhkan hal itu. Misalnya saja, Hisyam, petani sawit yang ada di kabupaten Batanghari.

\'Belum naik, sampai sekarang masih turun. Bahkan, pasar selasa (pasar kalangan, red) masih sepi,\' tukasnya.

Disebutkannya, di tingkatan petani harga sawit hanya Rp 500 per Kg. Dengan nilai jual yang seperti itu, dirinya mengaku tidak cukup untuk biaya operasional pemanenan hingga pupuk. \'Tak cukup untuk panen, kalau harganya satu ton hanya Rp 500 ribu,\' tukasnya.

Wahyu, petani sawit di Desa Lambur II juga mengatakan, harga Tandan Buah Segar (TBS) tertinggi miliknya bisa mencapai Rp 1200, sedangkan terendah Rp 900. \"Ini karena sawit saya hanya satu kali angkut jadi tidak terlalu rendah harga sawit saya. Apalagi akses jembatan Muara Sabak sudah bisa dilalui,\" tandasnya.

Petani sawit di Sarolangun, Rohman, juga mengaku sangat kesulitan dengan harga sawit yang anjlok ini. Pasalnya, untuk biaya operasional, seperti pupuk, dan perawatan lainnya serta upah panen tidak sesuai lagi dengan harga jual.

Rohman berharap, pemerintah bisa mencarikan jalan keluarnya agar harga sawit bisa normal kembali. Apalagi saat ini, tanggungan yang dihadapi oleh masyarakat khususnya Sarolangun sudah sangat banyak yang harus dipikirkan.

Kadis Hutbun Tanjab Timur, Zaenal Arifin, mengaku tidak bisa berbuat banyak, karena yang menentukan harga tbs sawit adalah pasar. \"Agak susah juga kami. Memang untuk menstabilkan harga harus ada kelembagaan dan kelompok petani sawit,\" ujarnya kemarin (15/11).

Dikatakannya, dengan adanya kelembagaan dan kelompok tani, maka akan lebih mengetahui seperti apa kondisi harga TBS sawit. \"Kalau terjadi penurunan harga langsung memanggil lembaga dan kelompok tani sawit tanyakan masalahnya,\" jelasnya.

Dia mengungkapkan, saat ini harga tbs sawit di Tanjab Timur Rp 500 per kilo. Harga tersebut selalu merosot beberapa pekan terakhir. \"Harga tbs sawit usia 10 tahun saja Rp 1100,\" jelasnya.

Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Bunhut) Kabupaten Sarolangun Ir Joko Susilo, ketika dihubungi koran ini, kemarin, membenarkan kalau harga sawit beberapa waktu terakhir anjlok. Saat ini katanya di tingkat petani berkisar Rp 700-Rp 750 perkg. Padahal beberapa waktu yang lalu sempat naik Rp 800-an perkg.

Menurutnya, anjloknya harga sawit bukan hanya terjadi di Kabupaten Sarolangun, namun terjadi secara nasional bahkan seluruh dunia. Sebab harga sawit sama halnya dengan karet yang dipengaruhi prekonomian global. Apalagi saat ini, krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara di Eropa maupun Amerika turut mempengaruhi anjloknya harga sawit.

‘’Harga sawit dipenguruhi ekonomi global. Kita berharap masyarakat, mencari peluang usaha dibidang pertanian yang lain, jangan hanya bertumpu pada sawit, jika ada penurunan petani sudah tidak terkejut sebab punya usaha lain,’’ kata Joko.

 Joko berharap, harga sawit dan karet kembali kepada harga normal, agar prekonomian masyarakat Sarolangun kembali stabil. Sebab sebagian besar masyarakat Sarolangun bertumpu pada dua komoditas pertanian tersebut

Drs. Budi Hartono, kadis hutbun muarojambi Jambi,  mengatakan jika keluhan warga mengenai harga beli perusahaan tersebut telah dia tanggapi. “Begitu mendengar kabar PTPN membeli sawit di bawah standar, bupati langsung menginstruksikan saya untuk ke sungai bahar,” terangnya.

Dijelaskan budi, jika memang PTPN VI membeli sawit terhitung lebih murah dari standar provinsi. Tercatat, pada rabu lalu PTPN VI membeli sawit warga dengan harga hanya Rp. 780 per kg. sementara, standar ketetapan provinsi sebesar Rp. 1.228,69 per kg. perbedaan harga tersebut, cukup mencolok sekali, sehingga mendapatkan aksi protes dari warga.

Tags :
Kategori :

Terkait