JAKARTA-Tahun 2012 masih menyisakan satu bulan. Namun, kinerja ekspor yang yang kurang cemerlang sepanjang tahun ini membuat pemerintah realistis dengan proyeksi penurunan realisasi ekspor tahun ini.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, lesunya perekonomian dunia membuat permintaan di pasar internasional melemah. AKibatnya, pasar ekspor pun menyusut. \"Tahun ini, ekspor kita akan turun 5 sampai 7 persen,\" ujarnya dalam seminar di Jakarta kemarin (28/11).
Menurut Gita, rendahnya permintaan di pasar internasional membuat harga-harga komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) terkoreksi turun sekitar 30 \" 40 persen. Selain batu bara, komoditas yang mengalami penurunan harga tajam adalah kelapa sawit. \" Dulu harganya di atas USD 1.000 per ton, sekarang anjlok sekitar USD 700an per ton,\" katanya.
Meski demikian, Gita tetap memberikan apresiasi kepada para eksporter Indonesia. Dia memberi gambaran, selama ini 65 persen ekspor Indonesia berbasis SDA, yang harganya turun 30 \" 40 persen. Karena itu, secara kalkulasi, dengan nilai ekspor tahun lalu yang sebesar USD 203 miliar, maka ekspor Indonesia tahun ini seharusnya turun sekitar USD 40 -50 miliar. Namun, pada kenyataannya, penurunan bisa diredam hingga hanya sekitar USD 10 miliar. \"Ini artinya, pengusaha kita cukup robust atau gigih untuk tingkatkan volume (ekspor) walaupun harganya turun,\" jelasnya.
Gita mengatakan, ke depan, pemerintah akan mendorong peningkatan ekspor untuk produk non-komoditas alam yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. \"Kita lihat, saat ini upaya ke situ sudah mulai terlihat,\" ujarnya.
Menurut dia, tingginya impor mesti disikapi dengan bijaksana. Jika ekspor didominasi oleh barang konsumsi, maka pemerintah layak khawatir. Namun, saat ini pertumbuhan impor yang tinggi justru terjadai bahan bahan baku dan barang modal. \"Artinya, akan ada penambahan kapasitas produksi barang di Indonesia,\" katanya.
Sebagian barang tersebut, lanjut dia, akan mengisi pasar dalam negeri, sedangkan sebagian lain akan menyasar pasar ekspor. \"Jadi, kalau tahun depan permintaan global membaik, kita bisa optimistis bahwa ekspor akan naik,\" ucapnya. Namun demikian, Gita tidak terlalu optimistis pada perbaikan ekonomi global. Sebab, krisis utang di Eropa belum menunjukkan recovery dan justru diproyeksi akan memberi efek domino bagi perekonomian di regional lain.
(owi/kim)