Pak Te: Effendi Penjual Pempek yang Ulet dan Peduli Sesama
JAMBI - Perjalanan hidup seorang Effendi Hatta yang berasal dari keluarga sederhana telah membentuk karakter Ketua DPRD Jambi ini menjadi seorang pemuda yang peduli dan peka terhadap kesusahan orang.
Hal ini tergambar dari pengakuan seorang tokoh masyarakat Pasir Putih H. Zayadi atau akarab di panggil pak te.
“Saya mengenal Fendi Hatta dari kecil, keluarga besar beliau kan tinggal di Budiman sana. Ketika anak seusia dia masih asyik bermain ia telah ikut mencari uang dengan berjualan pempek, tiap sore anak ini lewat menjajakan dagangannya. Kadang ia saya marahi karena membuat anak saya nangis minta dibelikan pempeknya, tapi ia tidak pernah menunjukkan sikap dendam karena teguran saya itu,” tutur Pak te ketawa mengenang masa lalu.
“Maka saya bilang dengan orang rumah, budak yang jual pempek tuh sifatnya bagus tidak pendendam dan tabah. Melihat sikapnya yang ulet dan baik itulah saya jadi langganan pempeknya,” sambungnya.
Lalu karena pekerjaannya dan keluarga pindah ke Jakarta di Depdagri, sekembali ke Jambi karena pensiun, Fendi yang dulu dikenal berjualan pempek, telah jadi orang hebat dan berada.
“Saya salut ketika ketemu tanpa sengaja di pasar, ia yang dulu menyapa dan menyalami saya. Nama istri dan anak saya pun ia masih ingat, inilah kesan mendalam saya terhadap beliau, makanya ketika ia terpilih jadi Ketua DPRD Provinsi saya tidak terkejut, karena dari kecil ia memang ulet, tabah dan mau berusaha, selaku warga biasa saya bangga akan kesuksesan yang ia raih,” ujarnya.
Selain itu Pak te berkesan dengan kepedulian Effendi Hatta terhadap sesama, banyak sekali ia membantu orang tanpa diketahui orang sekelilingnya. Jika ia bantu orang atau nyumbang mesjid dan organisasi lain ia lakukan sendiri, sangat pantang baginya membantu tapi diumumkan di Koran atau media massa hanya untuk mengejar populeritas dan pencitraan pribadi.
“Karena beliau berprinsip tangan kanan memberi tangan kiri tak boleh tahu, termasuk dalam hal pencalonan walikota Jambi 2013 ini. Tiap hari turun sosialisasi ke masyarakat, tapi ia tidak pernah menjual kesusahan masyarakat tersebut agar di bilang peduli dan merakyat,” sebutnya.
Menurutnya, Fendi berprinsip sebagai calon ia memiliki tanggungjawab untuk mendidik masyarakat agar rasional dan jernih melihat permasalahan kota. Seperti orang mengeluh akan buruknya sarana jalan lingkungan, ia mengajak masyarakat berpikir bagaimana membuat usulan ke pemerintah agar jalan tersebut dianggarkan dalam APBD.
“Dan sejak ia duduk mewakili masyarakat kota sebagai anggota DPRD provinsi, banyak sekali jalan lingkungan yang ia perjuangkan agar di danai provinsi dalam bentuk hibah,” tukasnya.
Selanjutnya sebagai pemimpin ia aktif mendorong masyarakat bergotong royong menjaga sarana jalan yang ada, sebelum diperbaiki pemerintah, bukan malah menghasut masyarakat dengan membawa eskavator dan mengoperatorinya sendiri, agar dibilang peduli dan telah berbuat, tugas kepemimpinan itu mendorong di belakang dan berjuang pada tataran kebijakan, bukan teknis seperti itu, di sinilah saya menilai Effendi Hatta memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, bukan sekedar usaha mencari simpati tapi miskin solusi.
“Pemimpin seperti inilah yang dinanti masyarakat, ikhlas tanpa bermaksud mencitrakan diri. Pantaslah pak HBA sangat mendorong beliau maju di kota ini agar ada keterpaduan program antara kota dan provinsi, untuk menuju Jambi Emas,” jelas pak te dengan semangat.
(adv)