Oleh : Prof. Dr. H. Syamsurijal Tan, SE, MA
Tidak dapat dimungkiri, dalam lima tahun terakhir terjadi kemajuan perkembangan ekonomi Provinsi Jambi yang relatif cepat terutama bila dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi (economic growth) yang sampai sekarang masing menjadi indikator utama keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi mempunyai dampak multiplier positif terhadap beberapa aspek keberhasilan pembangunan antara lain kemiskinan, kesempatan kerja, dan ketimpangan pendapatan. Namun jangan terlena dan cepat puas dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut, harus dilihat apakah pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti dengan pergeseran pola normal seperti pergeseran struktur, keberlangsungan (sustainabilty), dampak multiplier, dan kualitas pertumbuhannya serta yang paling mendasar adalah apakah disebabkan oleh peningkatan produktivitas ekonomi. Persoalan-persoalan tersebut yang menjadi catatan tahun 2012 dan mencoba mengestimati untuk tahun 2013 serta kebijakan apa yang harus dilakukan pemerintah untuk perbaikan pada tahun mendatang.
Data statistik menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jambi tiga tahun terakhir relatif tinggi. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Jambi sekitar 7,80 persen dan tahun 2012 (sampai triwulan III) menurun menjadi 6,80 persen dan diprediksi secara kumulatif termasuk triwulan keempat tidak banyak mengalami perubahan. Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut sangat erat kaitannya dengan penurunan harga beberapa produk unggulan dari sektor pertanian antara lain karet, kelapa sawit dan produk pertambangan terutama batu bara. Suatu hal yang membanggakan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut masih tetap lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional (6,4 persen) dan juga lebih besar bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi lain dalam wilayah Sumatera (Sumatera Utara,Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Lampung, Bangka Belitung dan Provinsi Riau).
Pada tahun 2013, dilihat dari faktor perkembangan ekonomi Indonesia diperedikasi relatif stabil dan tidak banyak berubah dibandingkan tahun 2012 meskipun kondisi ekonomi global masih belum pulih, hal ini didorong dengan dimungkinkan terjadinya reinvestasi ke negara-negara Asia termasuk Indonesia. Prediksi optimistis untuk perkembangan ekonomi Indonesia tidak jauh berbeda dengan perkembangan ekonomi Jambi meskipun diprediksi sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2012, yang disebabkan relatif besarnya dominasi kontribusi produk kelapa sawit dan karet serta produk pertambangan dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi. Sementara diprediksi kondisi ekonomi global terutama ekonomi Eropa dan Amerika Serikat belum banyak berubah yang berimplikasi kepada permintaan terhadap produk unggulan Provinsi Jambi. Difersifikasi pasar selain pasar tradisonal dan produk ke produk sekunder yang dilakukan pada tahun 2013 belum banyak pengaruhnya terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Jambi.
Pola Normal Dalam Pertumbuhan Ekonomi
Pola normal selalu menjadi acuan untuk menilai keberhasilan suatu pembangunan ekonomi suatu negara atau daerah. Secara sederhana dapat diilustrasi dalam konsep teori mikro atau makro tentang pola konsumsi, semakin tinggi pendapatan seseorang atau masyarakat akan semakin besar kontribusi pendapatannya untuk pengeluaran non konsumsi sedangkan untuk konsumsi semakin kecil, sementara untuk tabungan dan investasi semakin meningkat. Kalau yang terjadi tidak mengikuti pola normal tersebut berarti ada sesuatu yang salah sehingga hakikat pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat tidak akan tercapai. Peningkatan pendapatan perkapita atau pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sayogianya diikuti terjadinya tranformasi struktural, dengan kata lain dengan semakin terpolanya bahwa kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB semakin kecil tetapi kontribusi bukan pertanian semakin besar. Dalam aspek yang lebih luas kontribusi sektor primer dalam PDRB semakin kecil dan bergeser kepada kontribusi sektor sekunder dan tersier dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi Jambi. Terpola dapat dimaknai bahwa dalam kurun waktu yang relatif panjang terjadi kecenderungan pola pergeseran yang sama meskipun masih terjadi fluktuasi yang relatif kecil.
Dominasi sektor pertanian pada tahun 2012 masih sekitar 30,2 persen dan pertambangan dan penggalian sebesar 17,3 persen (hampir 50 persen) bersumber dari dua sektor tersebut, bahkan kontribusi sektor primer pertambangan justru terjadi kenaikan sementara sektor pertanian tidak banyak berubah. Perkembangan sektor Industri tidak menunjukkan perkembangan yang segnifikan meskipun perkembangan sektor tersier sudah menampakkan hal yang berarti dan relatif terpola terutama kontribusi sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor bangunan.
Dominasi sektor primer tersebut yang membuat kekuatiran akan stabilitas dari pertumbuhan ekonomi tersebut karena produk primer berkarakteristik elastisitas permintaan yang relatif inelastis, sehingga sangat rentan dengan kondisi ekonomi negara konsumen dan rentan dengan fluktuasi harga internasional, sementara produsen produk kelapa sawit dan karet tidak mampu mempengaruhi harga. Kekuatiran lainnya adalah relatif besarnya biaya dampak lingkungan yang ditanggung oleh Jambi, dikuatirkan jika dihitung biaya dampak lingkungan justru efektifitas dari pertumbuhan ekonomi Jambi yang tinggi tersebut menjadi turun drastis, sehingga sering dihubungkan pro kepada growth pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi mengabaikan atau mengorbankan pro kepada environment sehingga dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi Jambi yang kurang berkualitas. (bersambung)
(Guru Besar Ekonomi bidang perdagangan Internasional dan Dekan Fakultas Ekonomi Unja)