Mading Hanya Jadi Bingkai Kosong, Tempat Mainan Anak-Anak
YUNITA SARI
TUGU itu dibangun saat peringatan Hari Pers Nasional di Jambi, Februari 2012 silam. Tempatnya cukup strategis, karena berada di salah satu ruas jalan utama di Kota Jambi, kawasan Murni.
Kawasan Murni ini termasuk salah satu kawasan yang hidup 1 x 24 jam. Pasalnya, sejak dulu, kawasan murni terkenal dengan wisata kulinernya, begitu pula saat disambangi koran ini, kemarin sore (10/1).
Banyak mobil yang berjejer memenuhi bahu jalan disekitaran kawasan tersebut. Sayang, tugu pers yang menjadi icon termuda diwilayah tersebut tak banyak mendapat perhatian dari para pengunjung disana. Daya tariknya seolah redup seiring pergantian hari.
Sudah hampir setahun sejak diresmikannya tugu pers yang barada di Simpang Murni. Tugu yang difasilitasi dengan menyediakan ruang bagi media untuk berbagi informasi, ternyata tak memberi manfaat banyak bagi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dengan tak berfungsinya box media yang terletak pas dibelakang tugu tiga pena tersebut.
Adalah Emo seorang pria yang sehari-harinya bekerja sebagai juru parkir diwilayah tugu dengan santai menyebutkan dirinya merasa tak mendapat banyak manfaat atas dibangunnya tugu pers yang diresmikan oleh presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono hampir setahun silam.
Ditemui malam itu (10/1) pria yang sudah belasan tahun bekerja sebagai juru parkir dilokasi tersebut menyatakan bahwa tugu belum memberikan manfaat lebih bagi warga sekitar. Bahkan galeri yang telah disiapkan khusus untuk diisi oleh koran-koran lokal itu pun hanya menjadi bingkai kosong setiap harinya.
“Dulu sih awal-awal sempat diisi koran dan foto-foto kegiatan, cuma karena di sini (tugu pers, red) ga ada yang bertanggung jawab buat menjaga keamanannya, jadi tempat mainan anak-anak dan koran yang ditempelkan tidak terawat. Setelah itu tak pernah ada koran lagi di situ,” tandasnya.
Sebagai warga setempat, Emo menyayangkan pembangunan tugu yang dinilai tidak fungsional tersebut.
“Di sini kan dulunya taman. Dengan dibangun tugu yang seperti ini saya kira akan ada sesatu yang lebih bermanfaat dari taman sebelumnya. Tapi ternyata sama saja, cuma bedanya ada tugu yang muncul menjulang, dan lebih bersih,” tambahnya.
Keluhan yang sama pun muncul dari Eva (32) warga Kelurahan Lebak Bandung yang menyatakan keprihatinannya melihat tugu yang menghabiskan dana ratusan juta rupiah. “Kita warga sini sih malah jarang ke situ. Paling waktu lewat sering ngeliat orang foto-foto disitu. Memang sih tempatnya jadi bagus, cuma sayangnya tidak ada yang menarik warga untuk datang kesitu kecuali untuk berfoto dan anak-anak muda berkumpul,” ujarnya.
Tugu pers memang seharusnya berfungsi lebih dari sekedar tempat untuk berfoto dan taman bermain bagi anak-anak. Namun sayangnya pengelolaan dari pemerintah sampai saat ini hanya sebatas kebersihan.
“Kalau masalah kebersihan memang setiap hari ada dinas kebersihan yang membersihkan. Dan tempatnya pun masih terawat. Walaupun kalau malam ada yang jualan, tapi kebersihannya tetap dijaga oleh mereka,” ujar Emo. ***