Caleg Generasi Kedua Bermunculan
JAMBI-Dinasti dalam politik sepertinya memang sudah mempunyai tempat tersendiri, terutama di kancah perpolitikan di Provinsi Jambi. Betapa pun dan bagaimana pun, tetap ada upaya dari tokoh politik Jambi untuk mempertahankan trah atau marwah keluarga mereka.
Trah keluarga itu bisa lewat sang putra mahkota atau lewat sang istri, dan ini sudah terjadi di Provinsi Jambi, seiring sudah mulai memanasnya pemilu legislatif 2014 mendatang.
Koran ini mencatat, persaingan menju kursi legislatif, baik di level DPRD kabupaten/kota, DPRD Provinsi Jambi dan DPR RI, telah memunculkan trah-trah keluarga itu. Sebut saja anak mantan anggota DPR RI dari PAN Rizal Jalil, Ilham Jalil, putra politisi senior Golkar Kemas Farouq, Kemas Farid Alferelly (KFA), putra mantan Wagub Jambi Antoni Zeidra Abidin, Pinto Jayanegara Abidin, dan putri mantan Bupati Bungo Tebo, Selina Gita. Nama-nama itu sepertinya bakal bertarung untuk kursi DPR RI.
Di level DPRD Provinsi Jambi muncul nama Nuzul Prakasa putra Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi Zoerman Manap yang juga Ketua DPD I Golkar Provinsi Jambi, putra Walikota Sungaipenuh AJB, Fikar, putra Bupati Kerinci Murasman, Edmon yang kini menjabat sebagai Ketua Nasdem Kerinci, dua bersaudara yang kini duduk di DPRD Provinsi Jambi Yopi dan Yeri Muthalib yang notabenenya putra mantan Bupati Bungo Tebo Mutholib, Ketua DPRD Muarojambi Syahidan Al Fajri yang juga putra mantan Bupati Muarojambi As’ad Syam, putri mantan Bupati Tanjabtim Abdullah Hich yang sekarang wakil ketua DPRD Provinsi Jambi Dillah Hikmah Sari, putra mantan Bupati Bungo Zulfikar Achmad yang kini duduk di DPRD Bungo Andriansyah serta beberapa nama beken lainnya.
Selain itu juga muncul nama putra Ketua DPRD Provinsi Jambi Efendi Hatta, putra Ketua DPRD Kota Jambi RS Prayogie, ada nama putra mantan Rektor Unja Kemas Arsyad Somad, Kemas Al Farizi. Nama-nama ini kemungkinan bakal bertarung untuk kursi DPRD Kota Jambi.
Tidak hanya putra mahkota, istri-istri para bupati pun sepertinya kepincut untuk menjadi wakil rakyat, seperti Saniatun Latifah istri Bupati Tebo Sukandar yang bakal bertarung untuk kursi DPR RI, berikutnya ada nama Rosita Endra istri Bupati Sarolangun Cek Endra dan istri bupati Batanghari Sofia Fattah. Dua nama terakhir ini, meski belum diperoleh kepastian maju atau tidak di pileg, namun sudah terjun aktif ke pentas politik dengan bergabung ke partai Demokrat. Istri Bupati Merangin Nalim, Sukma Jaya dan istri Bupati Bungo Enny Wardhani Sudirman, juga dikabarkan bakal ikut maju di pileg serta istri mantan Bupati Batanghari Syahirsah, Yuninnta juga bakal ikut bertarung.
Di luar para srikandi ini, jangan lupakan nama-nama istri mantan bupati di Provinsi Jambi yang kini duduk di DPRD Provinsi Jambi. Mereka adalah Djasri Murni Fauzi, istri mantan Bupati Kerinci Fauzi Siin, Fatmawati istri mantan Bupati Muarojambi As’ad Syam serta Sunarti, mantan istri almarhum Wawako Jambi Turimin. Belum lagi nama Bupati Tanjabtim Zumi Zola yang sudah terlebih dahulu dikaderkan oleh sang ayah Zulkifli Nurdin, mantan gubernur Jambi dua periode. Menariknya, kesemua nama-nama ini, sudah mempunyai parpol sebagai kendaraan politik untuk mencalonkan diri di 2014.
Pengamat politik Jambi Jafar Akhmad, menilai, caleg-caleg yang mewakili trah salah satu keluarga besar di Provinsi Jambi ini memang sangat berpeluang besar untuk dipilih oleh rakyat karena pemilih Provinsi Jambi ini masih merupakan pemilih tradisional yang berbasis emosional.
‘’Peluang mereka sangat besar untuk dipilih rakyat. Mereka mungkin bisa jadi mengalahkan kader partai lainnya,’’ sebutnya.
Bagi pesainya, sambung Jafar, harus lansung melakukan komunikasi dengan pemilih, harus professional sambil berharap masyarakat kita cerdas dalam memilih.
Namun demikian, Jafar berpendapat, munculnya anak-anak dan istri para tokoh dalam dunia politik, khususnya untuk caleg di 2014 mendatang, menyebabkan demokrasi menjadi kurang terbuka.
“Demokrasi menjadi kurang terbuka, karena caleg-caleg yang menyantol nama-nama besar keluarganya ini cenderung menempuh jalur yang mudah,” ujarnya.
Dikatakannya, orang-orang seperti ini biasanya tidak banyak berkecimpung di dalam organisasi partai. Namun saat pencalegan mereka bisa berada di garis depan.
“Kebanyakan mereka selalu menggunakan jalur orang tua atau keluarga besarnya. Tidak berkecimpung dalam organisasi partai, tau-tau saat maju berada digaris depan melewati orang-orang yang telah lama dipartai,” katanya.