JAKARTA - Rencana Pertamina menaikkan harga elpiji ukuran 12 kilogram (kg) berpotensi batal. Pasalnya, belum ada lampu hijau dari pemerintah terkait rencana tersebut. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, \"Belum (disetujui), masih dibahas,\" ujarnya kemarin (28/2). Hatta mengakui, pemerintah memahami maksud Pertamina yang ingin menaikkan harga elpiji 12 kg karena bisnis tersebut merugi Rp 5 triliun per tahun. \"Tapi, kita harus hati-hati memutuskan,\"katanya.
Hatta menyebut beberapa faktor yang membuat pemerintah berat untuk menyetujui rencana kenaikan harga elpiji 12 kg. Pertama, pemerintah baru saja menaikkan tarif listrik awal tahun ini. “Kalau elpiji juga naik, akan mempengaruhi daya beli masyarakat,” ucapnya.
Faktor ke dua adalah potensi migrasi atau perpindahan masyarakat atau pelaku usaha yang selama ini menggunakan elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg yang disubsidi pemerintah. “Jika itu terjadi, subsidi (elpiji 3 kg) bisa membengkak,” ujarnya.
Berdasar pengalaman, kenaikan harga elpiji 12 kg lantas memicu masyarakat untuk pindah mengonsumsi elpiji ukuran 3 kg. Akibatnya, selain konsumsi elpiji 3 kg melonjak, ketersediannya pun menjadi langka dan memicu keresahan di kalangan masyarakat kecil.
Sementara itu, hingga kemarin, Pertamina tetap ngotot dengan rencananya. Direktur Utama PT Pertamina (persero) Karen Agustiawan mengatakan, harga elpiji harus naik agar kerugian Pertamina bisa ditekan. \"Rencananya mulai Maret nanti,\" ujarnya kemarin (28/2).
Menurut Karen, karena harga jual elpiji 12 kg berada di bawah harga keekonomian, setiap tahun Pertamina harus menanggung rugi. Tahun 2012 lalu, kerugian Pertamina dari bisnis elpiji 12 kg mencapai Rp 5 triliun. “Gara-gara itu, laba bersih Pertamina pada 2012 lalu sebesar Rp 25 triliun. Padahal, kalau tidak ada kerugian di bisnis elpiji, laba Pertamina bisa mencapai Rp 30 triliun,” jelasnya.
(owi/dos)