Harimau Alami Gangguan Syaraf

Jumat 15-03-2013,00:00 WIB

Agus Budi Sucipto, pihak dari Kementerian Kehutanan yang juga hadir kemarin menerangkan, harus ada prioritas yang harus dilakukan sejak awal. Hal itu, katanya, harus ada kesepakatan sejak awal. “Misalnya urusan ini bukan hanya tanggung jawab BKSDA, namun juga swasta dan daerah. Makanya harus ada peran serta. Selain itu ada penambahan tim rescue, namun peta kerawanannya harus ada. Oleh karenanya harus ada kajian mendalam sebelumnya,” tegasnya.

Di lain pihak, Dolly, Ketua Umum Harimau Kita yang bergerak di bidang pelestarian harimau menerangkan, dalam mengantisipasi konflik antara satwa liar dan manusia ini, jangan sampai ada korban.

“Kita sepakat Harimau ini harus ditangkap. Namun setelahnya, idealnya dikembalikan sesuai situasi hutan di sumatera. Kita berharap apakah industri bisa dukung bangun tempat untuk harimau bisa dikirim dan hidup,” tambah Peter, praktisi perimata.

Sementara itu, Tri Siswo, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi saat ditanya, mengapa antisipasi konflik satwa liar dan manusia ini tak dilakukan sejak lama? Menjawab dengan mudah. “Dulu saya belum tugas disini,” katanya.

Konflik antara harimau dan manusia ini juga pernah terjadi di tahun 2009 hingga 2010 lalu dan bahkan menelan korban sebanyak 12 orang. Tri Siswo menerangkan, kasus tersebut tak terlalu meresahkan.

“Itu didiamkan, tak ada laporan ke BKSDA. Mungkin karena yang mati diterkam itu di lokasi illegal logging. Kenapa tak ada laporan. Lagian saat itu tak seheboh saat ini. Makanya agak diam,” sebutnya.

Menurutnya, jumlah harimau di Provinsi Jambi yang terdeteksi saat ini berjumlah 89 ekor yang tersebar di Kerinci, Merangin, Tebo dan Sarolangun. Sementara untuk harimau yang berkonflik dengan manusia saat ini, dipastikannya hanya ada 1 ekor. “Itulah harimau yang mulai diikuti dari kilometer 73 Merlung sampai batas Tempino itu harimau yang sama,” tegasnya.

Diterangkannya, selain lokasi itu, ada beberapa lokasi yang perlu diwaspadai menjadi tempat terjadinya konflik antara harimau dan manusia. Diantaranya di Kerinci, yakni di kawasan Renah Kayu Embun dan Muara Emat.

(wsn)

 

Tags :
Kategori :

Terkait