Kalah Pemilukada, Maju di Pileg
JAMBI – Gagal sukses yang tertunda. Itulah kata-kata yang sering digaung-gaungkan motivator. Kata-kata ini sepertinya mengilhami banyak calon bupati/walikota untuk maju di pemilihan legislatif.
Gagal di pemilukada bupati/walikota, bukan berarti karir politik mereka habis. Tapi mereka tetap berpeluang maju di legislatif. Terlebih pasca keluarnya peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013 yang menyatakan, calon kepala daerah yang tengah bersaing di Pilkada diberi kesempatan untuk maju sebagai calon anggota dewan.
Dalam catatan koran ini ada beberapa nama mantan calon kepala daerah yang maju di pemilu legislatif. Misalnya, mantan Bupati Merangin, Handayani, M Syukur dan Nalim. Mantan calon kepala daerah Tebo Yopi, mantan calon kepala daerah Tanjung Jabung Barat Syafrial, mantan calon kepala daerah Kerinci Ami Taher dan beberapa nama lainnya.
Termasuk juga beberapa Calon Walikota Jambi yang akan bertarung 29 Juni mendatang. Jika kalah sebagian dikabarkan akan maju di Pemilu 2014 mendatang.
Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad saat dimintai tanggapannya mengatakan, para mantan calon kepala daerah yang maju ke DPR ini mempunyai peluang yang cukup besar.
“Popularitasnya cukup tinggi, mereka punya loyalis, jadi mereka ini besar peluangnya. Mereka diuntungkan dengan popularitas yang cukup panjang mereka bangun waktu mencalon sebagai kepala daerah. Untuk dipilih, modalnya harus popular terlebih dahulu,” katanya.
Meski demikian, menurutnya para mantan calon kepala daerah ini tidak bisa menganggap remeh. Karena lawan-lawannya di Pileg ini juga tidak ringan. Hanya saja mantan calon kepala daerah ini diuntungkan dengan basis yang ia miliki.
“Contohnya seperti Nalim atau Syafrial, mereka ini punya basis masa masing-masing yang suaranya cukup signifikan,” ujarnya.
Soal kost politik yang harus mereka keluarkan, ini tergantung dengan lawan-lawannya. Jika lawannya sangat berat, maka kostnya juga akan besar. Tidak semata-mata karena mereka popular masyarakat akan memilih.
“Popular belum tentu dipilih, tapi itu sebagai modal. Untuk popular ini tidak mudah, perlu usaha yang besar dan kost yang besar juga,” jelasnya.
Sedangkan untuk para mantan calon kepala daerah yang bertarung beberapa waktu lalu, meski sudah lama mereka juga mempunyai peluang yang cukup besar. Karena generasi pemilih ini belum berganti.
“Yang bertarung tiga atau empat bahkan lima tahun yang lalu, ini juga cukup berpeluang, generasi pemilih ini masih generasi lama. Ingatan public masih cukup kuat dengan para mantan calon kepala daerah tersebut,” tuturnya.
Menurutnya, generasi pemilih itu baru akan bertukar setelah masa Pilkada yang diikuti oleh para mantan calon kepala daerah yang akan nyaleg tersebut berlansung puluhan tahun yang lalu. Kemudian para mantan calon kepala daerah ini juga harus bisa memenuhi harapan yang diinginkan pemilih.
“Masyarakat selalu memiliki harapan kepada calon, harapan ini macam-macam. Bagi pemilih tradisional itu harapannya mungkin harapan dalam jangka pendek. Misalnya factor etnis atau kekeluargaan, uang atau atau barang yang ditukarkan dengan pilihan mereka,” tandasnya.