PM Najib Dilantik Tanpa Oposisi

Selasa 07-05-2013,00:00 WIB

KUALA LUMPUR -  Pemerintah berkuasa Malaysia tak mau berlama-lama. Beberapa jam setelah SPR (KPU Malaysia) menyelesaikan perhitungan yang menegaskan kemenangan koalisi Barisan Nasional, Perdana Menteri (PM) Najib Razak langsung menjalani pengambilan sumpah jabatan sebagai PM untuk periode keduanya.

                Kemarin sore, Najib yang sekaligus merupakan pemimpin koalisi Barisan Nasional diangkat sumpahnya di depan Yang Dipertuan Agung Tuanku Abdul Halim Mu”adzam Shah di Balai Rong Seri, Istana Negara, Kuala Lumpur.  Atau, hanya sekitar 12 jam setelah SPR memastikan koalisi Barisan Nasional tampil menjadi pemenang pemilu. Yaitu, sekitar pukul 4 dini hari.      

                Meski berhasil menang, posisi Najib tidak sepenuhnya -aman- secara politik. Koalisi Barisan Nasional kembali gagal menang dengan single majority. Batas untuk menang dengan mayoritas mutlak itu adalah perolehan 148 kursi atau 2/3 dari total 222 kursi parlemen pusat.

                Barisan nasional hanya berhasil mengoleksi 133 kursi. Sedangkan, koalisi partai oposisi Pakatan Rakyat memenangkan 89 kursi. Dengan hasil tersebut, incumbent kembali hanya berhasil menang dengan simple majority. Bahkan dibanding pemilihan raya 2008, perolehannya turun 7 kursi.

                Belum lagi, kalangan oposisi yang dikomandani mantan wakil PM Anwar Ibrahim hingga kemarin juga masih menyatakan belum mengakui hasil penghitungan yang dilakukan SPR. Tudingan atas berlangsungnya berbagai kecurangan yang dilakukan selama proses pemilihan yang dijadikan dasar.”Ini kemenangan rakyat dirompak, ini yang harus diselesaikan dulu,”  ujar Anwar Ibrahim setelah bertemu dengan mantan Wapres RI Jusuf Kalla di Kuala Lumpur kemarin (6/5). Menurut dia, sikap belum mengakui hasil pemilihan raya karena didasarkan karena didasarkan pada kekecewaan rakyat yang tinggi atas pelaksanaan dan hasil.

                “Jadi, kami lihat keresahan rakyat itu meledak sekali,”  tandas Anwar. Karena itu lah, lanjut dia, pihaknya belum berpikir menerima tawaran rekonsiliasi dengan mengakui kekalahan sebagai awal dari PM Najib. Tawaran rekonsiliasi itu disampaikan langsung oleh Najib sesaat setelah koalisi partai yang dipimpinnya dinyatakan sebagai pemenang.

                Dari pantauan Jawa Pos, meskipun secara umum, masyarakat Malaysia relatif tenang setelah pelaksanaan pemilihan raya yang sudah dilaksanakan ke-13 kalinya itu, namun tidak dengan pendukung fanatik Anwar. Kemarin, sempat beredar kabar ribuan massa bersiap turun ke jalan untuk menghadang Najib menuju tempat pelantikan dan pengambilan sumpah. Meski kemudian hal itu kemudian batal dilakukan karena dari informasi yang dihimpun Anwar tidak mengizinkannya.

                “Jadi, perlu saya luruskan, kalau sikap (rekonsiliasi) tersebut saya luruskan untuk membendung kemarahan rakyat, itu masih bisa saya mengerti,” lanjut Anwar saat kembali disinggung kesediaan menerima tawaran rekonsiliasi Najib.

                Rekonsiliasi yang ditawarkan Najib terhadap kalangan oposisi tentu saja berimplikasi terhadap pembagian jabatan politik. Terhadap hal tersebut, Anwar menegaskan kalau dirinya tidak tertarik untuk hal tersebut.  “Ndak bisa, saya bukan muda lagi dan saya tidak gila harta kuasa. Orang politik tidak harus seperti itu dan saya alhamdulillah tidak seperti itu,” tandasnya.

                Kehadiran JK yang sudah hadir di Malaysia Minggu (5/5) malam juga untuk turut mendorong rekonsiliasi antara kedua pemimpin Malaysia tersebut. Sebelum bertemu dengan Anwar, JK juga sudah berkomunikasi dengan PM Najib atas kemenangan koalisi partainya. 

                Terhadap upaya JK tersebut, Anwar menilai upaya mendorong adanya rekonsiliasi seperti yang ikut didorong oleh JK bukan tidak berarti sama sekali. “Rencana itu sangat-sangat berarti, apa juga inisiatif ke arah rakyat harus didukung secara positif, dan kebetulan posisi Pak JK itu unik, dia teman baik dengan Najib, sama-sama asal Bugis, dan satu lagi menantu saya suami Nurul Izzah itu dari Bugis juga, “ ucapnya.

                Hanya saja, kata dia kembali, persoalan menerima hasil pemilu yang dianggapnya penuh kecurangan persoalan lain. “Saya bilang, rakyat itu dicabuli, katakanlah kita pukul orang, kalau saya (yang) dipukul saya maafkan, kalau rakyat yang dipukul terus bagaimana?” ujarnya kembali memberi alasan.

       Hasil secara umum, meski tetap mempertahankan kemenangan di sejumlah negara bagian yang diincar Pakatan untuk direbut, Barisan Nasional juga gagal menebus kekalahan mereka di sejumlah negara bagian pada pemilu 2008. Kelantan, Selangor, dan Pulau Pinang tetap berada di tangan oposisi.

       Atas penurunan perolehan kursi dan kegagalan merebut negara bagian yang selama ini dikuasai Pakatan Rakyat membuat posisi Najib di internal koalisi juga tidak sepenuhnya –aman- pula. Hal itu berkaca pada pengalaman mantan PM Abdullah Badhawi memimpin koalisi barisan nasional pada 2008. Tidak begitu lama setelah dilantik menjadi PM pasca pemilihan raya, Badhawi kemudian didorong untuk mundur.

        Pengamat politik setempat dari Merdeka Center Ibrahim Suffian menilai kemungkinan tersebut juga bisa berulang pada Najib. Hanya saja, menurut dia, semuanya tergantung proses politik pasca pemilihan raya.

Tags :
Kategori :

Terkait