BI Meminta Bank Tingkatkan Efisiensi
JAKARTA-Rencana kenaikan harga BBM dipastikan akan berimbas pada melesatnya Inflasi yang menggerus daya beli masyarakat. Perbankan pun mulai mengalkulasi dampaknya pada kinerja penyaluran kredit.
Kepala Riset Citi Research Citibank Indonesia Ferry Wong mengatakan, lonjakan inflasi akibat kenaikan harga BBM tidak hanya akan mengerek suku bunga acuan atau BI rate, tapi juga pada kenaikan Fasbi. \"Untuk Fasbi saya kira akan naik 75 basis poin. Ini yang akan memicu kenaikan lending rate (suku bunga kredit),\" ujarnya kemarin (16/5).
Menurut Ferry, bagi perbankan, instrumen Fasbi lebih sering digunakan sebagai acuan penentuan suku bunga kredit. Adapun BI rate lebih banyak dipakai sebagai acuan untuk deposit rate atau suku bunga simpanan. Fasbi merupakan fasilitas yang diberikan kepada bank untuk menempatkan kelebihan likuiditas jangka pendek di Bank Indonesia (BI).
Sebagai gambaran, saat ini BI mematok Fasbi di level 4 persen. Dengan paramater tersebut, rata-rata suku bunga kredit modal kerja per akhir Maret 2013 tercatat sebesar 11,45 persen, lalu kredit investasi 11,24 persen, dan kredit konsumsi 13,28 persen.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, selama ini BI lebih banyak bergerak pada level kebijakan makroprudensial untuk menjaga kinerja kredit perbankan. Kebijakan yang ditempuh antara lain adalah pemberlakuan loan to value (LTV) maksimal 70 persen untuk kredit perumahan. \"Kalau sudah ada kepastian (kenaikan) harga BBM, BI akan masuk ke instrumen suku bunga (BI Rate) dan nilai tukar,\" katanya.
Perry mengakui, kenaikan harga BBM yang akan berdampak pada inflasi bakal direspons dengan kebijakan suku bunga. Artinya, BI rate berpotensi naik untuk meredam lonjakan inflasi. Meski demikian, dia berharap agar suku bunga kredit tidak lantas ikut melonjak. \"Karena itu, efisiensi perbankan menjadi penting agar suku bunga bisa ditekan,\" ucapnya.
Lalu, apakah kenaikan suku bunga akan mempengaruhi pertumbuhan kredit\" Menurut Ferry, pengaruhnya hanya akan sementara, yakni dalam hitungan tiga hingga empat bulan. Setelah itu, kinerja kredit akan kembali tumbuh. \"Secara tahunan, pertumbuhan kredit mungkin masih di kisaran 18 - 20 persen,\" sebutnya.
Citi Country Officer Citi Indonesia M. Tigor Siahaan menambahkan, dari hasil perbincangan dengan nasabah-nasabah korporat diketahui bahwa permintaan kredit tahun ini masih akan tinggi. Artinya, meski akan terpengaruh kenaikan harga BBM, kinerja kredit masih akan tetap kuat. \"Saya menangkap optimisme pelaku usaha di Indonesia masih oke,\" ujarnya.
(owi/sof)