RI Minta Selandia Baru Bangun Peternakan Sapi

Selasa 21-05-2013,00:00 WIB

JAKARTA - Indonesia hingga kini belum bisa mencukupi kebutuhan daging dan susu di dalam negeri. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, pemerintah mendorong beberapa negara seperti Australia dan Selandia Baru menanamkan investasi peternakan sapi di tanah air.

       Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan kebutuhan daging dan susu serta produk turunannya semakin meningkat tiap tahun. Misalnya kebutuhan susu dan olahannya, setiap tahun rata-rata tumbuh 17-19 persen. Selama ini, Indonesia banyak mengimpor dari Selandia Baru. Menurut Bayu, hal itu bisa menjadi suatu peluang yang bisa dikembangkan.

       \"Kami dorong negara-negara yang memiliki teknologi peternakan sapi yang unggul untuk berinvestasi di sini. Salah satunya Selandia Baru,\" katanya dalam acara Forum Bisnis Selandia Baru-Indonesia dan Sesi Aviasi di Jakarta kemarin.

       Dia berharap Selandia Baru bisa membuat peternakan sapi mulai penggemukan, pengembangbiakan, hingga masalah pakan. Dengan investasi tersebut, teknologi yang dibawa Selandia Baru bisa menular di masyarakat. \"Itu bisa meningkatkan produktivitas dan mendukung program swasembada sapi,\" imbuhnya.

       Saat ini, pemerintah sedang memperketat impor hortikultira. Tujuan pengetatan tersebut selain melindungi produk dalam negeri juga mendorong investasi. \"Kami tidak ingin dijadikan sebagai pasar saja oleh investor. Tapi mereka harus bantu Indonesia untuk berkembang,\" katanya.

       Bayu menjamin investasi peternakan sapi di Indonesia bakal membuat hubungan kedua negara kian langgeng. Saat ini, Selandia Baru hanya memiliki pasar empat juta jiwa sedangkan Indonesia 250 juta jiwa. Karena itu, Selandia Baru bakal lebih untung jika masuk Indonesia. Selain peternakan, Bayu meminta Selandia Baru berinvestasi di bidang pesawat ampibi. Menurut dia, sebagai negara kepulauan pesawat ampibi itu sangat cocok di Indonesia.

       Menteri Pembangunan dan Konstruksi Selandia Baru Maurice Williamson yang menjadi pimpinan delegasi mengakui, Indonesia memang memiliki pasar yang besar. Pihaknya membuka peluang investasi di Indonesia bidang makanan dan minuman, teknologi, manufaktur, logistik, dan transportasi. \"Di bidang penerbangan kami sangat terbuka sekali. Tapi untuk peternakan sapi, mungkin ada beberapa regulasi khususnya ekspor impor yang harus kami pelajari dahulu,\" katanya.

(uma/oki)

 

 

Tags :
Kategori :

Terkait