SURABAYA-Perbankan masih belum maksimal menyalurkan kredit ke pertanian. Khususnya, pertanian pangan di wilayah Pulau Jawa. Salah satu penyebabnya, faktor rasio komersial sektor pertanian masih belum masuk skala ekonomis.
Direktur Commercial and Business Banking Bank Mandiri Sunarso mengatakan, saat ini skala kepemilikan petani terhadap lahan garapan untuk tanaman pangan masih berkisar di angka 0,3 hektar per petani.
\"Dengan luas kepemilikan lahan itu, hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan petani itu sendiri. Sedangkan kalau dikasih kredit, itu berhubungan dengan masalah komersial sehingga dia harus benar-benar merupakan usaha, sehingga ketika hasilnya dijual bisa menghasilkan uang dan hasilnya bisa untuk membayar kredit kepada bank,\" ujarnya di sela Mandiri Edukasi yang berlangsung di SMAN I Pandaan, kemarin.
Dia menambahkan, kondisi berbeda dengan petani padi di wilayah Sumatera yang sukses diberikan kredit oleh Baak Mandiri. Dimana, skala kepemilikan lahan rata-rata 2 hektar per petani. \"Tapi, kita memberi solusi kepada petani Jawa,\" ungkapnya.
Sunarso mendorong para petani di Jawa untuk bersatu dalam lembaga. Ini agar lebih bankable sehingga bisa dikucuri kredit oleh perbankan. Sampai kuartal I /2013, kredit Bank Mandiri yang mengucur ke sektor pertanian pangan mencapai Rp 12 triliun. Sedangkan, sub sektor perkebunan kredit yang diberikan sudah mencapai Rp 57 triliun.
\"Kredit pertanian yang kami kucurkan lebih banyak ke perkebunan, khususnya kelapa sawit dan tebu. Baik, UKM maupun petani besar yang tergabung dalam plasma terkait dengan perusahaan perkebunan besar seperti PTPN,\" imbuhnya.
Menurut data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit untuk sektor pertanian, perburuan dan kehutanan di Jatim pada kuartal pertama ini tercatat Rp 6,82 triliun. Jumlah itu hanya 2,78 persen dari total kredit yang dikucurkan perbankan pada periode tersebut yang membukukan Rp 245,21 triliun.
(dio)