JAKARTA-Pasar surat utang atau obligasi hingga kini masih memperpanjang laju negatifnya. Tak pelak, pelaku pasar saat ini tengah mencermati sentimen yang ada, dan memilih berburu seri-seri obligasi dengan harga rendah. Di satu sisi, kondisi ekonomi nasional yang didera banyak sentimen negatif, membuka persepsi buruk yang memicu permintaan yield atau imbal hasil yang tinggi.
Head of Research Trust Securities Reza Priyambada mengungkapkan, kurang kondusifnya sentimen pasar obligasi berimbas pada pelaku pasar yang terus melakukan aksi \"jual, dan mengakibatkan harga obligasi masih banyak yang mengalami pelemahan. Beberapa sentimen negatif itu di antaranya masih adanya nett sell (jual bersih) asing di pasar saham, dan pelemahan nilai tukar Rupiah. Tak hanya itu, penilaian penurunan proyeksi ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia, serta penurunan caluasi pasar modal oleh Morgan Stanley menambah sentimen negatif.
Akhirnya, beberapa harga obligasi pun melemah. Misalnya, ia menyebutkan, obligasi seri FR 66 dengan tenor 20 tahun turun 12,2 basis poin, dan FR 65 tenor 22 tahun yang turun 18,69 basis poin. \"Akibatnya saat ini pelaku pasar lebih banyak menahan diri, sehingga menurunkan aktivitas di pasar obligasi,\" jelasnya.
Untuk itu, menurut Reza, pergerakan pasar obligasi sepanjang pekan ini akan tetap rentan terhadap sentimen baru, seperti pertemuan dewan gubernur Bank Indonesia untuk membahas naik atau tidaknya BI rate. \"Karena itu pelaku pasar mengamil posisi wait and see untuk sementara waktu. Obligasi-oblogasi jangka pendek masih akan menjadi pilihan,\" paparnya.
Sepanjang pekan ini, menurut Reza, pelaku pasar juga bakal mencermati lelang obligasi negara berbasis syariah (sukuk). Di antaranya seri PBS (proyek based sukuk) jangka waktu pendek hingga 2014, dan jangka panjang hingga 2043 untuk seri PBS001 (seri lama/reopening), PBS003 (reopening), PBS005(reopening), dan PBS004 (reopening). Selain itu, juga akan dilelang Sukuk Negara dengan seri SPN-S 10012014 (new issuance).
Di sisi lain, kendati terdapat sejumlah sentimen negatif, Reza menambahkan, upaya pemerintah dalam lelang obligasi pekan lalu dinilai tetap berhasil. Hal ini terlihat dari total penawaran obligasi seri SPN03131003, FR0065, FR0064, FR0063, dan SPN12140703, yang mencapai Rp 14,14 triliun. Dalam lelang tersebut, Pemerintah akhirnya memenangkan penawaran obligasi sejumlah Rp 9,75 triliun. Sementara rata-rata yield yang diminta sebesar 6,83 persen, dengan kisaran antara 5,16 persen hingga 7,84 persen.
Meski yield yang diminta tergolong tinggi, namun pemerintah mampu mengeksekusi sekitar 68,95 persen dari total nilai penawaran yang masuk. \"Dan kali ini yield yang diminta tercatat lebih rendah dari lelang sebelumnya,\" paparnya.
Sebagai tambahan informasi,merujuk data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA) yield obligasi acuan dengan tenor 10 tahun per 5 Juli 2013, meningkat 14 basis poin menjadi 7,33 persen dari hari sebelumnya sebanyak 7,19 persen. Adapun yield obligasi acuan dengan tenor 15 tahun, naik 13 basis poin ke angka 7,79 persen, dari sebelumnya 7,66 persen.
(gal)