JAKARTA - Defisit neraca perdagangan Indonesia kian membengkak. Untuk menekan itu Kementerian Perdagangan kian gencar memperluas pasar ekspor. Salah satu negara yang menunjukkan perkembangan yang progresif yakni Rusia. Mei lalu pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke Rusia mencapai 87 persen.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menjelaskan nilai ekspor non migas ke Rusia pada 2013 ini menunjukkan pertumbuhan yang gemilang. Pada periode Mei, ekspor non migas ke Rusia mencapai USD 46,07 juta atau tumbuh 87,13 persen dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan nilai ekspor non migas periode Januari-Mei 2013 mencapai USD 242,7 juta. Nilai itu tumbuh 13 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. \"Pertumbuhan itu merupakan yang tertinggi dibanding negara tradisional dan non tradisional lainnya. Meskipun secara nilai, masih kecil dibanding dengan negara tradisional seperti Amerika dan Singapura,\" terangnya saat ditemui di kantornya pekan lalu.
Bayu menerangkan, komoditas ekspor utama yang mendorong pertumbuhan itu adalah produk pertanian seperti minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), karet, dan kakao. Sedangkan produk industri yang mendominasi yakni tekstil dan alas kaki. Khusus untuk tektil, Bayu menyebutkan busana muslim asal Indonesia sangat diminati di Rusia. Sebab desain busana muslim Indonesia dinilai lebih bewarna, baik dari desain dan corak dibanding negara lain.
Ke depan pihaknya yakin dapat menggenjot eskpor non migas ke Rusia. Apalagi jika melihat hubungan dagang antara Rusia dengan negara Asean, Indonesia tidak termasuk dalam 30 besar negara importir ke Rusia. Sedangakan negara Thailand masuk urutan ke 27, Malaysia ke 28, dan Vietnam ke 29. \"Secara potensi Indonesia tidak kalah dibanding dengan negara-negara Asean lainnya. Ini yang kami coba kejar. Apalagi Rusia potensi pasarnya sangat besar,\" ucapnya.
Menurut Bayu beberapa produk ekspor yang berpeluang dikembangkan di pasar Rusia yakni produk makanan. Bayu yakin produk makanan Indonesia mudah diterima oleh pasar Rusia karena memiliki keunggulan label halal. Seperti yang diketahui di negara-negara bagian Rusia banyak penduduknya yang beragama Islam. Dia berkata, promosi-promosi produk itu diwadahi oleh pihak Rusia dengan pameran-pameran produk halal. Misalkan saja Moskow Halal Expo dan Kazan International Halal Expo.
Bayu menambahkan, saat ini kedua belah negara telah sepakat meningkatkan nilai perdagangan melalui program joint comission on trade economic and technical cooperation Indonesia-Rusia. Kesepakatan dari kerjasama itu yakni mendorong ekspor produk pertanian Indonesia seperti CPO, teh, kakao, serta produk lain seperti medical herb, makanan olahan, produk ikan, perhiasan, alas kaki, furniture, dan tekstil. Hasilnya sejak perdagangan Indonesia tumbuh signifikan. Pada periode 2008-2012 total perdagangan Indonesia Rusia tumbuh hingga dua kali lipat. Pada 2008 nilai perdagangannya mencapai USD 1,66 miliar sedangkan pada 2012 3,37 miliar.
Sementara itu Dirjen Perdagangan Gusmardi Bustami menambahkan pihaknya mendorong pengusaha untuk masuk ke pasar Rusia. Bahkan dia berjanji akan membantu menfasilitasinya. \"Selain Afrika dan Timur Tengah, Rusia menjadi pasar yang potensial bagi Indonesia. Kami dorong dan fasilitasi pengusaha untuk memanfaatkan peluang itu,\" katanya. Gusmardi memberi contoh kemarin pihaknya baru saja memfasilitasi salah satu perusahaan spa yang bakal membuka cabang di Afrika Selatan. Itu bisa menjadi contoh bagi perusahaan lain mau mengembangkan usahanya ke negara-negara non tradisional yang potensial.
(uma)