DARI sekian banyak partai yang mengusung calon bupati dan wakil bupati Kerinci hanya Golkar dan PKS yang mengusung ketua partai atau kader internal. Hal ini menunjukkan partai di kabupaten Kerinci gagal dalam menyiapkan pemimpin. Hal ini disampaikan oleh, pengamat politik Jafar Ahmad. Menurutnya hampir semua ketua partai saat ini karbitan.
\"Hanya mengandalkan populeritas saja, terus dipilih jadi ketua partai,\" ujarnya.
Dikatakannya, seharusnya tugas partai menyiapkan pemimpin dari jauh-jauh hari. Kalau melihat kondisi saat ini partai tidak menjalankan fungsinya sebagai produsen atau pabrik pemimpin. \"Seharusnya di partai lah pemimpin itu ditempa, sehingga partai bisa mengajukan kadernya sebagai calon bupati,\" ujarnya.
Dari 14 orang calon bupati dan wakil bupati hanya dua orang yang merupakan ketua partai, yakni Mohd Rahman, ketua partai Golkar dan Nopantri ketua partai PKS. \"PAN, Demokrat, Hanura, PDIP dan partai lainnya malah mengusung bukan dari internal partai. Hanya Golkar dan PKS yang punya persiapan,\" ucapnya.
Dosen STAIN Kerinci ini menilai partai di Kerinci gagal dalam mempersiapkan kader-kadernya sebagai pemimpin.
Disisi lain mengenai peran partai dalam memenangkan Pilkada juga minim. Partai bukan mesin politik yang efektif dalam Pemilu. \"Sekarang calon bupati lah yang jadi mesin politik, dia yang menggerakkan tim sukses dan lainnya. Seharusnya partai lah yang menjadi mesin politik,\" sebutnya.
\"Sebenarnya kontestan dalam Pemilu itu partai. Calon itu dicalonan oleh partai. Partai sekarang tidak merakyat, muncul hanya pas mau pemilu saja, habis pemilu menghilang,\" pungkasnya.
Sementara itu Edison, Ketua DPC PDIP Kerinci mengatakan, untuk partainya memang belum ada kader yang siap untuk menjadi calon bupati dan wakil bupati. \"Kalau saya tidak mencalon, karena pertimbangan dari daerah saya ada Ami Taher dan Nopantri. Kalau saya maju cuman mecah suara yang ada. Kalau sudah ada yang nomor satu orang akan milih yang nomor satu,\" ujarnya.
Dikatakannya, PDIP juga melihat situasi saat ini untuk mengusung kader internal. \"Sekarang situasi tidak memungkinkan. Kita memikirkan pertimbangan wilayah juga. Tidak bisa kita ngotot untuk maju, ini kan pertarungan tingkat tinggi,\" sebutnya.
(dik)