Tangisan Rasulullah

Selasa 09-07-2013,00:00 WIB
Oleh:

Oleh : H.Sjofjan Hasan,SH,.MH

           Dalam ceramah Buya Hamka di ITB bulan Juli 1974, bercerita tentang kisah Rasulullah menangis diwaktu subuh.(Koesmawan,100th buya HAMKA,hal,236) Dalam uaraiannya Buya Hamka menjelaskan , bahwa Bilal bertanya, “Wahai Baqginda Rasul “ apa gerangan yang menyebabkan Engkau menangis begitu serius , hingga air matamu membasahi pipi begitu rupa?  Rasul menjawab bahwa tadi malam telah turun ayat :Inna fikholqissamawaati wal ardhi wahtilaafillaili wannahaari la ayaatil li’uulil albab, (Al Imran ayat 190) yang artinya : Dan dalam penciptaan langit dan bumi serta dalam pergantian siang dan malam, adalah merupakan tanda tanda bagi orang-orang yang berpikir. Siapa kah gerangan orang orang yang berpikir itu? Di jawab oleh ayat 191 surat Ali Imran,, ialah mereka yang dalam keadaan berdiri, rukuk,sujud, berbaring, selalu mentafakuri ciptaan Allah SWT hingga sampai kepada kesimpulan “Robbanaa Maa Kholakta Haadza batilaa subhanaka Faqiena Adzabannaar”, Maha suci Tuhanku,sungguh ciptaan Mu tidak sia-sia, pelihara lah kami dari azab neraka.  Lalu mengapa Rasul menangis dengan nayat ini. Sebab “Aku khawatir “, sabda Rasul. Umatku dimasa mendatang tidak mampu menghayati ayat ini.

            Penulis ingin mengajak kita semua untuk merenungkan penggalan kisah diatas. Dan mencermati kejadian kejadian akhir aakhir ini, terutama  di tanah air kita,kiranya apa yang dikhawatir Rasulullah terbukti. Bencana demi bancana, bahkan yang sedang kita alami saat ini bencana asap akibat terjadinya kebakaran atau pembakaran hutan ? Hampir tiap tahun terjadi,bencana banjir,longsor,kebakaran, gempa bumi, dan lain lain. Dari pengamatan penulis tidak semua bencana itu murni gajala alam, turut berperanan campur tangan manusia. Pada tulisan penulis yang lalu menyoroti antara lain tentang perencanaan Tata  Ruang yang tidak memperhatikan keseimbangan/keselarasan lingkungan, pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, menggali dan meng eksploitasi sumber  daya alam seringkali tanpa mempedulikan lingkungan dan menimbulkan berbagai masalah. Disisi lain memang Indonesia secara alami terletak pada daerah rawan bencana alam. Faktor penyebabnya adalah letak pada jalur aktif tektonik,aktif vulkanik dan beriklim tropis basah menyebabkan aktifitas kegempaan tinggi, yang rentetan persitiwanya dapat mengakibatkan bencana alam longsoran,banjir,tsunami dan kerusakan berbagai macam bangunan. Watak alami yang dimiliki oleh negara kita yang rawan bencana tersebut, sama dengan letak wilayah Jepang. Kita tidak usah malu belajar dengan bangsa Jepang yang hidup bersama Risiko Bencana. Merteka lebih siap menerima keadaan alam dan memperhitungkan setiap kegiatan kehidupannnya.  Mereka tidak hanya pasrah dengan terhadap nasib dan takdir. Namun mereka didorong untuk berupaya se optimal mungkin bagaimana dengan kapasitas yang dimiliki nya mampu mengurangi kerentanan dengan melakukan upaya upaya proaktif mengurangi tingkat bahaya dan risiko, tentunya dengan tetap menjaga keselaras lingkungan hidup. Dan melatih masyarakat bagaimana tindakan tindakan upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Ini yang harus dilakukan masyarakat kita juga, diamping mensyukuri ciptaaan Allah yang tidak sia-sia ini.

                       Polemik yang terjadi antara Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan perusahaan Petro China,bahwa telah terjadi pencemaran lingkungan dan membahayakan masyarakat disekitarnya wilayah operasinya perusahaan Petro China. Yang jadi pertanyaannya mengapa baru sekarang dampak kegiatan Petro China tersebut diketahui merugikan lingkungan dan masyarakat sekitar tersebut. Bagaimana proses awalnya tentang pengeluaran izin pertambangan ini oleh yang berwenang ?. Pada hal menurut UU no.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 18 ayat (1), setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,wajib memiliki analisis mengnai dampak lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.  Selanjutnya ayat (2) dari pasal 18 ini menyebutkan; Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagimana dimaksud ayat( 1) diberikan pejabat yaqng berwenang sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.  Persoalannya apakah proses analisis sebelum izin dikeluarkan ada di lakukan ? Kemudian pejabat mana yang mengeluarkan izin tersebut ?

          Dari pengamatan penulis terjadinya bencana di muka bumi ini, tidak selalu dari gejala alam murni bahkan campur tangan manusia juga ikut sebagai penyebab terjadinya bencana. Kalau kita coba menangkap pesan yang ada dalam ayat 190 dan 191 surat Ali Imran, selain rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segala kekayaan sumber daya alam,kita juga harus menjaga kelestarian alam yang merupakan titipan anak cucu kita. Kita juga harus menjadikan kekayaan alam ini menjadi sumber keberkatan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kita berhak untuk menggali sumber daya alam , sebaliknya kita juga wajib menjaga keseimbangan/keselarasan lingkungan. Kita juga harus mngendalikan syahwat keserakahan terhadap kekayaan alam yang bisa digali di bumi ini. Maka kekhawatiran Nabi Muhammad Rasulullah swt ketika menerima turunnya ayat 190,191, Ali Imran,ternyata terbukti saat ini telah terjadi. Begitu cinta kasihnya Rasulullah kepada ummatnya,sampai menangis meramalkan ummatnya nanti tidak mampu menghayati ayat ini.

        Penulis mengajak kita semua ,jangan hanya kita sebatas pasih membaca ayat-ayat Allah, tapi juga bisa menangkap pesan pesan apa yang terkandung dalam setiap ayat ayat Allah yang ada dalam Al Qur An. Di Akhir tulisan ini penulis juga mengajak untuk merenungkan surat Ar-Rum ayat (41) yang artinya “telah tampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).

 

(*Penulis Pemerhati Lingkungan Hidup/Ketua STIE Muhammadiyah Jambi/Alumni Pusat Studi Bencana UGM,Th.2002)

 

Tags :
Kategori :

Terkait