JAKARTA-Upaya PT Pertamina (Persero) untuk mengembangkan potensi selain core business terus dilakukan. Kali ini, BUMN migas itu sedang mengkaji peluang baru di bidang usaha pembangkit listrik. Namun, pembangkit listri yang bakal dikaji tersebut bukan pembangkit listrik konvensional yang bersumber gas, BBM, atau batubara. Melainkan, pembangkit listrik dari energi baru terbarukan (EBT).
Hal tersebut ditunjukkan dalam penandatangan nota kesepahaman PT Pertamina dengan PT Tirta Gemah Ripah untuk melakukan studi bersama mengenai potensi pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTM). Dalam kesepakatan yang ditandatangani Direktur Gas Pertamina Hari Karuliarti dan Direktur Utama Tirta Gemah Ripah, John Romadhon pada jumat (12/7), pihaknya berencanan untuk meneliti beberapa lokasi potensial di Jawa Barat.
Dalam keterangan tertulis kemarin (14/7), Hari Karyuliarto mengatakan, upaya tersebut merupakan bagian dari transformasi Pertamina yang telah mengubah visi Perusahaan menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. Menurutnya, diversifikasi bisnis khususnya untuk energi baru dan terbarukan yang meliputi energi panas bumi merupakan salah satu fokus dari Pertamina saat ini.
\"Hal ini sudah berjalan serta pengembangan lebih lanjut CBM, shale gas, sampah kota, energi matahari, hydro dan angin. Jadi, nota kesepakatan ini merupakan wujud komitmen Pertamina bersama Tirta Gemah Ripah terhadap pemanfaatan energi baru dan terbarukan, khususnya mini hydro. Pengembangan PLTM akan sejalan dengan rencana Pemerintah dimana ditargetkan porsi energi baru dan terbarukan sebesar 25,9 % pada tahun 2025,\" jelasnya.
Dengan kerjasama tersebut, pihaknya optimistis bisa merealisasikan hal tersebut. Pasalnya, Tirta Gemah Ripah terhitung berpengalaman di bidang ini. Anak perusahaan dari Badan Usaha Milik Daerah Jawa Barat telah mengembangkan Pembangkit \"Listrik Mini Hydro (PLTM) di beberapa lokasi di Jawa Barat. Misalnya, PLTM kapasitas 8 MW di Sungai Cirompang Garut yang dalam tahap penyelesaian.
\"Bersama Tirta Gemah Ripah, kami melakukan langkah-langkah untuk mengembangkan hydro to power. Itu meliputi studi dengan melakukan pemetaan dan kelayakan lokasi yang potensial dalam pemanfaatan aliran air sungai di Jawa Barat,\" tambahnya.
Untuk sementara, lanjut dia, pihaknya bakal melakukan studi di beberapa lokadi di daerah Cianjur dan Tasikmalaya. Masing-masing lokasi tersebut diperkirakan menyimpan potensi listrik sebesar 4 -5 MW. \"Tidak menutup kemungkinan kami akan melakukan studi kembali kepada proyek yang eksisting dan terkendala di Jawa Barat untuk jangka panjang. Itu dilakukan supaya pengembangan proyek hydro ini lebih efektif,\" ungkapnya.
Soal realisasi, Hari mengatakan semua tahap pelaksanaan proyek PLTM memerlukan total waktu sedikitnya 3 tahun. \"Rencananya, PLTM-PLTM hasil kerjasama antara Pertamina dan Tirta Gemah Ripah akan dialirkan kepada PLN sebagai standby buyer. Itu sudah sesuai dengan regulasi pemerintah dan peraturan internal PLN terkait pemanfaatan energi terbarukan,\" jelasnya.
Dia menambahkan, proyek tersebut bisa dibilang proyek yang menguntungkan. Sebab, Jika dibandingkan dengan biaya produksinya pembangkit bersumber BBM diesel yangmencapai Rp. 2800/kWh, pemanfaatan PLTM akan memberikan penghematan yang besar bagi sektor ketenagalistrikan. \"Ditambah lagi bahwa PLTM adalah teknologi ramah lingkungan yang tidak memberikan polusi serta memanfaatkan energi terbarukan yaitu air sungai,\" imbuhnya.
(bil)