Oleh : H. Navarin Karim
Bangsa Indonesia baru saja mendapat musibah kenaikan harga BBM jelang Ramadhan 1434 H, akibatnya berimbas naiknya hampir seluruh harga secara liar terhadap barang-barang dan jasa hingga jelang Idul Fitri belum dapat dikendalikan pemerintah secara maksimal. Bagi masyarakat yang mampu diharapkan dapat membuat keseimbangan dengan meningkatkan kepedulian terhadap mereka-mereka yang bernasib kurang beruntung dalam kehidupan, dari pada harta kekayaan yang diperoleh digunakan untuk bermegah-megahan. Penulis yakin bagi ummat Islam yang melaksanakan puasa dan ibadah lainnya selama bulan ramadhan secara benar dan khusuk , maka pengendalian dirinya semakin baik dan akan tetap istiqomah serta rendah hati terhadap sesama. Bukankah bulan puasa adalah bulan pembentukan karakter manusia agar menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Fenomena mulai menurun keimanan dapat dilihat saat akhir-akhir bulan puasa, umat Islam mulai terusik akan menghadapi lebaran. Ibu-ibu mulai meninggalkan sholat tarawih dan tadarusan karena harus membuat kue agar dapat bermegah-megah ketika lebaran. Bapak-bapak juga tidak ketinggalan sibuk mengecat rumah pada malam hari sehingga lupa tarawih dan tadarusan demi penampilan rumah yang lebih megah. Fenomena lain lagi setelah selesai bulan ramadhan, keimanan seolah dirusak dengan kehadiran Idul Fitri. Bagi yang kurang mendalami hakekat dari puasa menjadi lepas control seolah idul fitri adalah bulan balas dendam terhadap bulan puasa. Sering kita temukan setelah ramadhan, umat Islam melaksanakan euphoria seolah arti kemenangan di hari idul fitri seperti masyarakat benua Eropa merayakan kemenangan tim sepakbola negaranya. Mereka tumpah ruah dijalan raya merayakan hari kemenangan dengan naik kenderaan terbuka sambil berteriak bertakhmid melafaskan Allahu Akbar Allahu Akbar ……. dengan diiringi pukulan beduk bertalu-talu. Asal mereka tidak lupa saja menunaikan sholat Isa sebelum, kalau tidak mereka termasuk katagori orang yang lalai. Ini masih lumayan, bermegah-megahan dengan pamer harta kekayaan yang diperolehnya selama setahun, seolah ia menang dalam menaklukkan dunia. Mereka biasanya memamer kenderaan yang paling mewah, rumah yang sudah istimewa dibuat semakin megah lagi, menggunakan pakaian dengan harga jutaan rupiah, belum lagi aksesoris mewah yang melekat ditubuhnya. Melakukan pesta dengan hidangan mewah dan tidak satu orangpun orang miskin yang dilibatkan. Ini termasuk orang yang lupa bahwa harta yang diperolehnya tersebut tidak digunakan sebaik-baiknya untuk membantu kepada sesama dalam rangka pengabdian secara kafah kepada Allah Subhana Taala. Ini juga termasuk katagori yang lalai. Akibat pesta pora dalam merayakan idul fitri, umat Islam sampai lupa dengan sholat lima waktu. Mengenai bermegah-megah hingga mengakibatkan manusia lalai, sebenarnya telah ada ancaman dari Allah SWT dalam surat At Takaatsur yang terdiri dari delapan ayat. Mari kita simak terjemahan dari delapan ayat tersebut. (1). Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. (2) Sampai kamu masuk ke dalam kubur. (3) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatan itu. (4) Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, (5) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. (6) Niscaya kamu benar-benar melihat neraka jahanam (7) Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin. (8)Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megah-megahkan di dunia itu).
Substasi surat ini isinya keinginan manusia untuk bermegah-megahan dalam soal duniawi, sering melalaikan manusia dari tujuan hidupnya. Dia baru menyadari kesalak hannya itu setelah maut mendatangnya, manusia akan ditanya di akherat tentang nikmat yang dibangga-banggakannya itu. Bahkan dalam delapan ayat yang termaktub tersebut tiga ayat dengan kalimat yang sama mengemukakan “janganlah begitu” (kalla saufata’nglamun) kita temukan pada ayat tiga, empat dan lima. Artinya begitu pentingnya jangan kita bermegah-megahan sehingga kita lalai dan lupa hakekat tujuan hidup sesungguhnya. Jika umat Islam tidak mengindahkan ancaman ini, maka mereka secara otomatis akan terjebak masuk kedalam api neraka, sebagaimana termaktub dalam ayat enam. Marilah kita tersentak dengan surat ini, sehingga kita terjebak lagi dengan hidup yang ber-megah-megah dan baru menyesal setelah masuk kubur. Kita bukan hanya diminta pertanggungjawaban dari mana harta tersebut diperoleh secara halal, dan jika harta telah diperoleh secara halal kita juga tetap diminta pertanggungjawaban bagaimana harta digunakan secara baik dan benar dijalan Allah.
------------------------------
(Penulis adalah Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Nurdin Hamzah Jambi dan Ketua Pelanta (NIA. 201307002))