Batantekno sendiri akan mencoba berbagai ilmu dan teknologi yang mereka kuasai, namun siapa tahu ada mahasiswa atau dosen yang memiliki ide yang lebih baik.
Batantekno memang ditugasi untuk mengurus sorgum di NTT sebagai bentuk pengabdian untuk daerah miskin. Dananya berasal dari PT Pertamina, PT Askes, dan beberapa BUMN lain. Tapi, teknologi dan manajemennya diserahkan ke Batantekno.
Saya salut dengan kegigihan tim Batantekno ini. Dr Yudiutomo, yang pada umur 35 tahun sudah dipanggil Kongres Amerika Serikat untuk mempertanggungjawabkan penemuannya di bidang nuklir, ingin menuntaskan soal sorgum ini.
Waktu itu Yudi ikut mengajukan rancangan teknologi penyimpanan sampah nuklir yang bisa bertahan sampai 10.000 tahun. Karena dianggap hebat, Yudi dipanggil kongres. Dia diminta memaparkan penemuannya. Akhirnya, Yudi terpilih masuk tiga terbaik rancangan penyimpanan sampah nuklir di AS. Tiga-tiganya disetujui untuk diikutkan tender di masa yang akan datang.
\"Disertasi doktor saya di AS memang soal penyimpanan sampah nuklir,\" kata Yudi.
Kini Yudi dan Batantekno dipercaya oleh perusahaan nuklir AS untuk merancang reaktor nuklir buat kedokteran di sana. Saya pun mengizinkan Batantekno untuk membuat perusahaan patungan dengan perusahaan nuklir AS.
Waktu saya meninggalkan Atambua untuk ke Rote, Flores, dan Bali, Yudi masih tinggal di Atambua. Setelah panen sorgum ini, dia masih harus menuntaskan model bisnisnya. Agar keberlanjutan proyek sorgum ini lebih terjamin.
Di Rote saya juga bertemu dengan seorang bupati yang hebat: Lens Haning. Dia juga berhasil mengubah kebiasaan yang menyulitkan pengembangan ekonomi masyarakatnya. Dia keluarkan peraturan baru: Upacara-upacara adat hanya boleh menyembelih satu ekor sapi.
Rakyat bisa menerima aturan baru itu. Terbukti, Haning terpilih lagi untuk periode kedua. Tinggal menunggu pelantikannya.
Bupati Haning juga punya tekad lain: Saya sanggup mengeluarkan daerah ini dari status daerah tertinggal kalau pemerintah pusat membangunkan tiga bendungan irigasi di Rote. Biaya masing-masing hanya sekitar Rp 15 miliar!
Begitulah! Harapan, hope, dan optimisme bisa muncul di mana-mana dan dari siapa saja, dengan berbagai jabatannya. (*)