Oleh : Suwardi., SE. Sy*
Suksesi kepemimpinan Indonesia, kian menghangat ditataran diskusi publik dan media. Sebab, sejak kejatuhan Presiden Soeharto dari kursi keuasaan Presiden yang berkuasa selama 32 tahun. Banyak yang menawarkan diri untuk memimpin negeri berpenduduk 230 Juta ini. Namun, selalu saja belum mampu menjawab kesepakatan bersama jika figur tersebut mampu membawa perubahan kepemimpinan, keteladanan dan kemajuan bangsa yang kian karut marut.
Tak ayal, pasca reformasi ’98. Lahirlah intelektual negeri ini dengan berbagai pendekatan argumentasi untuk membenahi negeri ini dari degradasi kepemimpinan, kehancuran tatapemerintahan dan keterpurukan ekonomi dan kesejahteraan. Sebut saja, Amien Rais, Gusdur, Megawati dan Yusril Ihza Mahendra, bahkan BJ. Habibie sekalipun selaku pakar pesawat kelas dunia pun ditawarkan sebagai calon pemimpin negeri ini. Meski akhirnya SBY hadir memimpin dengan dua periode kepemimpinan.
Namun, tetap saja kepuasan masih belum mampu ditunjukkan oleh mayoritas rakyat negeri ini. Bagaimana dengan Jusuf Kalla dan Wiranto ? jawabannya sama, masih terjadi pro dan kontra baik internal partai mapun lawan politik. Kesemua itu, terlepas dari kepentingan politik ataupun tidak yang melingkupi para tokoh tersebut. Yang Jelas masyarakat negeri ini membutuhkan figur pemimpin yang mampu menyelesaikan permasalahan Bangsa Indonesia tanpa ada kepentingan politik sesaat golongan.
Oleh karena itu, menjelang perhelatan hajatan demokrasi lima tahunan untuk mengganti pucuk kepemimpinan politik dan pemerintahan Indonesia (baca : Pilpres). Banyak rakyat Indonesia yang mengelukan figur dan tokoh bangsa yang sederhana, jujur, merakyat dan tidak korup, jauh dari konflik kepentingan dan konflik politik masa lalu. Sehingga tokoh yang diharapkan hadir memimpin negeri ini seperti Jokowi, Yusril Ihza Mahendra, dan Dahlan Iskan
Nama terakhir yang penulis sebut tersebut di atas, yang saat ini memimpin kementerian BUMN dan mantan Dirut PLN merupakan satu dari tiga tokoh yang diharapkan mayoritas rakyat Indonesia untuk memimpin negeri ini. Yang menjadi pertanyaan kemudian, siapa tokoh kharismatik lagi nyentrik tersebut ? dan kenapa rakya Indonesia mengharapkan kehadiran dirinya yang jauh dari retorika politik untuk memimpin negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini ?
Mengenal Dahlan Iskan
Dahlan Iskan (lahir tanggal 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur), dalam bukunya Ganti Hati ada cerita menarik tentang tanggal kelahiranya, Dahlan Iskan menuturkan bahwa tanggal tersebut dikarang sendiri oleh pak Dahlan karena pada waktu itu tidak ada catatan kapan dilahirkan dan orang tuanya juga tidak ingat tanggal kelahirannya. Dan kenapa pak Dahlan memilih tanggal 17 Agustus, karena bertepatan dengan tanggal kemerdekaan Indonesia dan supaya mudah diingat.
Karir Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda (Kalimantan Timur) pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.
Kemudian, sejak 2009 Dahlan Iskan mampu menarik hati Presiden SBY untuk memimpin salah satu perusahaan Negara yakni PLN dan ternyata mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di tubuh PLN hingga akhirnya dirinya dipinta kembali oleh SBY untuk menduduki jabatan sebagai Menteri BUMN.
Akan tetapi bukan prestasi kerja dan sepak terjang Dahlan Iskan dalam membangun bangsa yang ingin penulis ungkap dalam kesempatan ini. Persoalan harapan rakyat Indonesia menghadirkan Pemimpin dengan figur ketokohan seperti Dahlan Iskan inilah yang ingin diungkap. Kenapa dan bagaimana diskusi publik itu hadir mengemuka di ruang publik dan akademis.
Dahlan Iskan Perspektif Technical Skill Leader
Berdasarkan pemikiran Ohman (1997), menjelaskan secara singkat, bahwa perkembangan teori kepemimpinan dari waktu ke waktu, dimana pada umumnya, para pakar kepemimpinan mengklasifikasi definisi kepemimpinan dari berbagai macam sudut pandang yaitu sebagai personality dan pengaruhnya, sebagai The Art of Inducing Complience, sebagai praktik mempengaruhi, sebagai suatu seni atau perilaku, sebagai bentuk persuasion, sebagai suatu power relation, sebagai suatu instrument untuk pencapaian tujuan, sebagai suatu pengaruh interaksi, sebagai suatu Differential Role, dan sebagai suatu the intiation structure. Dan dikenal ada beberapa pendekatan dalam mengklasifikasikan teori-teori kepemimpinan yaitu: Great-Man Theory, Trait Theory, Charismatic Theory, Situsional Theory, Contingency Theory, Path-Goal Theory, dan Transformational Leadership theory. Kita sering mendengar gaya Soekarno dalam berpidato yang mampu membuat terkesima inilah salah satu bentuk gaya kepemimpinan karismatik.
Selain itu Melalui keahlian komunikasi (communication skill), seorang pemimpin akan mudah membentuk kerja sama tim (team work), kekompakan dalam sebuah pancapaian tujuan organisasi, dapat diterima oleh berbagai pihak, membangun motivasi kerja bawahan, mengarahkan bawahan dan membangun gagasan atau idea sehingga menciptakan sebuah relasi (relationship) yang dapat difungsikan untuk kegiatan musyawarah atau rapat dalam membentuk opini dan pengambilan keputusan sehingga akan mudah berjalan dengan baik.