JAKARTA - Meski Rakernas III PDIP tidak merekomendasikan nama yang akan diusung sebagai capres. Namun, rakernas memberikan kriteria mengenai pemimpin nasional mendatang. PDIP menyatakan, kepemimpinan nasional yang disiapkan adalah kepemimpinan transformatif yang mampu menghadapi tantangan politik, ekonomi, dan sosial.
Termasuk, menghadapi situasi krisis akibat melemahnya kedaulatan nasional, ketergantungan impor, dan meningkatnya konflik sosial. Selain memenuhi aspek ideologis, pasangan capres-cawapres yang diusung PDIP harus mencerminkan kemampuan mengelola pemerintahan yang andal.
Mayoritas DPD-DPC memang menyebut nama Jokowi sebagai capres dari PDIP. Namun, keputusan akhir ada di tangan Megawati. \"Ibu Ketum menanggapi semua masukan yang ada,\" kata Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
Wasekjen PDIP Eriko Sotarduga mengakui, banyak yang mengangkat nama gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai capres. Mengenai waktu pengumumannya, ada usul dilakukan pada 10 Januari, bertepatan dengan ulang tahun partai. \"Sehingga, tidak terlalu dekat dengan pileg dan pilpres, tapi juga tidak terlalu jauh,\" katanya.
Sementara itu, Ketua DPP Djarot Saiful Hidayat mengatakan, partainya tidak memutuskan capres dalam forum rakernas III karena menilai terlalu dini. \"Kalau sekarang terlalu prematur karena kita perlu melihat perkembangan dinamika masyarakat,\" ujarnya.
Dia menampik anggapan bahwa PDIP sengaja menyimpan nama capresnya karena khawatir akan ada serangan dari para rival. Djarot juga menegaskan, partainya tidak bisa diintervensi. \"Tidak ada ketakutan, tapi kami punya waktu yang tepat untuk memutuskan. Kami juga tidak bisa didikte dari luar,\" tegasnya.
Di tempat terpisah, Peneliti Senior CSIS Philip J. Vermonte mendorong PDIP untuk melakukan konvensi. Menurut dia, selain sosok Jokowi, banyak sosok potensial di dalam internal partai berlambang banteng dengan moncong putih itu yang siap maju sebagai capres. \"Selama dua periode oposisi, ada banyak tokoh PDIP yang siap menjadi pemimpin. Banyak kader bagus yang dimiliki PDIP,\" ujar Philip di Jakarta, kemarin.
Menurut Philip, belum pastinya sosok capres yang ditetapkan PDIP bisa jadi karena pertimbangan keberadaan tokoh-tokoh itu. Masa bakti sejumlah tokoh lain jauh lebih lama daripada sosok Jokowi yang tampak menonjol sejak dirinya menjadi wali kota Solo.
\"Mungkin Megawati masih berpikir kalau sekarang menetapkan Jokowi, kader lain yang sudah lama akan kecewa,\" ujarnya. Karena itu, konvensi bisa menjadi opsi pemilihan kandidat capres yang lebih demokratis daripada penetapan langsung.
(fal/bay/c7/fat)