JAMBI - Banyak yang bertanya mengapa 1039 dijadikan angka kesayangan yang menjadi salah satu identitas seorang Ahmad Subandi Budianto. Angka tersebut difavoritkan mulai dari nomor handphone sampai plat kendaraan bermotor. Akan tetapi, angka tersebut berbeda dengan tanggal lahirnya, yakni 8 Maret 1958. Hal ini diungkapkannya dalam acara dialog bersama petani dari daerah Tanjabtim beberapa waktu lalu.
Dari pertanyaan seorang peserta tentang kebiasaan yang dia lakukan, kata AS Budianto angka 1039 bermakna khusus bagi perjalanan hidupnya, meskipun dirinya tidak mengkeramatkan angka tersebut.
“Sewaktu masih menempuh pendidikan menengah, saya sudah ditinggalkan oleh bapak. Bapak saya semasa hidupnya pernah menjabat Ketua Partai Nahdatul Ulama (NU) di Kabupaten Cirebon. Kami sekeluarga hidup dengan apa adanya, karena bapak tidak meninggalkan harta, sehingga mau tak mau saya harus membantu keluarga,” ceritanya.
Selain itu, AS Budianto juga bercerita dengan bermodal nekat, dirinya harus meneruskan pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan, AS Budianto juga pernah lulus di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Akan tetapi, dengan kondisi ekonomi saat itu, dirinya harus mencari tempat kuliah yang bisa sambil bekerja untuk menambah biaya kuliah.
“Saat Sipenmaru, saya lulus di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), namun karena saya masih hidup Senin-Kamis, saya berpikir jika saya harus kuliah pagi, bagaimana nanti untuk cara membayar uang kuliah dan kehidupan sehari-hari. Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di Akademi Akuntansi Indonesia (AAI) yang kuliahnya sore saat itu,” ceritanya.
“Karena kuliahnya sore, paginya saya bekerja menjadi buruh bangunan di Jakarta, di AAI saya mendapat Nomor Induk Mahasiswa (NIM) yang ujungnya 1039. Lalu sewaktu jalan kaki pulang kuliah tiba-tiba lewat sebuah mobil sedan berpelat nomor 1039, loh itu sama dengan nomor mahasiswa saya, sentak saya bilang sama teman-teman, lihat itu mobil saya lewat, Bud sampean jangan berkhayal,” kenang AS Budianto, Caleg DPR RI Dapil Jambi dari Partai Demokrat Nomor Urut 5.
Berikutnya, begitu lulus di bangku kuliah, dengan bermodal ijazah dan keahlian selama kerja di Jakarta, pada tahun 1981, AS Budianto memberanikan diri merantau ke Provinsi Jambi. Dengan kesabaran dan kerja yang ulet, tokoh yang akrab dipanggil pak haji ini, dikaruniai rezeki yang cukup.
“Alhamdulillah tahun 1986 saya sudah bisa membeli sebuah kendaraan, karena teringat cerita sewaktu pulang kuliah dulu, saya langsung membuat pelat kendaraan tersebut bernomor 1039. Sampai sekarang kendaraan istri, anak dan kendaraan inventaris perusahaan saya semuanya berpelat nomor 1039. Bukan karena angka keramat atau hoki tapi untuk mengingat perjalanan hidup saya saja,” tandasnya.
(cas)