(Jelang Pilkada Ulang Kerinci)
Oleh: Amri Ikhsan*)
Diluar dua kecamatan ini, ADZAN sementara unggul 2800 suara. Hasil di Kecamatan Siulak Mukai akan ‘stagnan’ (tidak berubah, sama dengan hasil putaran pertama). Karena kecamatan ini adalah ‘tanah air’ nya Murasman. Maka ‘penentu kemenangan’ ada di Kecamatan Sitinjau Laut.
Inilah adalah ‘analisis’ yang sedang berkembang di tengah masyarakat Kerinci menjelang Pemungutan Suara Ulang (PSU) tanggal 28 November 2013. Abaikan dulu ‘analisis’ prediksi PSU pilkada Kabupaten Kerinci di dua kecamatan, yaitu Sitinjau Laut dan Siulak Mukai berdasar partai pendukung, daerah asal, etnis, asal-usul, hubungan birokrasi, solidnya tim sukses, ke analisis yang ‘agak’ ilmiah dengan membaca ke ‘isi otak’ pasangan berdasarkan tagline atau slogan yang diekspos ke publik.
Para pakar bahasa mengatakan bahwa dari tutur kata (baca-tagline) dapat dinilai kualitas pribadi seseorang dan seberapa layak dia menjadi pemimpin. Pilihan kata yang gunakan dapat menunjukkan siapa sebenarnya penuturnya. Manusia selalu menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Jadi, bahasa mencerminkan wawasan seseorang tentang satu topik. Menurut Effendi (2009: 75), melalui bahasa kita dapat mengetahui budaya dan pola pikir seseorang, karakter seseorang tampak dari perilaku berbahasanya, cara berpikir seseorang tercermin dalam bahasa yang digunakannya.
Ketika seseorang sedang berkomunikasi dengan bahasanya, kita bisa menggali potensi penutur untuk mendapatkan informasi tentang sifat dan kepribadiannya. Pendapat Sapir dan Worf (dalam Wahab, 1995) menyatakan bahwa bahasa itu mencerminkan perilaku budaya manusia. Orang yang ketika berbicara menggunakan pilihan kata, ungkapan yang santun, struktur kalimat yang baik menandakan bahwa kepribadian orang itu memang baik. Sebaliknya, jika ada orang yang sebenarnya kepribadiannya tidak baik, meskipun berusaha berbahasa secara baik, benar, dan santun di hadapan orang lain; pada suatu saat tidak mampu menutup-nutupi kepribadian buruknya sehingga muncul pilihan kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak baik dan tidak santun.
Berhubungan dengan itu, pelaksanaan pemungutan suara ulang Pilkada Kerinci di Kecamatan Sitinjau Laut dan Siulak Mukai sesuai dengan keputusan MK, akan digelar pada 28 November 2013. Pemungutan suara ulang ini dilakukan paska keluarnya putusan MK yang mengabulkan permohonan pasangan Adirozal-Zainal Abidin dengan nomor 125/PHPU.D-XI/2013 dan mementahkan hasil Pilkada Kerinci yang dimenangi pasangan Murasman-Zubir Dahlan.
MK memerintahkan KPU untuk melakukan pemungutan suara ulang diseluruh TPS di Kecamatan Siulak Mukai dan Sitinjau Laut. MK menilai telah terbukti menurut hukum terjadinya pelanggaran serius yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif dalam penyelenggaraan Pilkada khususnya didua kecamatan tersebut yang menciderai prinsip penyelenggaraan Pilkada yang demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Seperti diketahui, raihan suara di Kecamatan Sitinjau Laut, yaitu Dasra-H Mardin 851 suara, Adi Rozal-Zainal Abidin 1745 suara, Murasman-Zubir Dahlan 2145 suara, Sukman-Sartoni 555, Rachman-Nopantri 3165 dan Irmanto-Idrus memperoleh 129 suara. (JE)
Pada pilkada kabuapten Kerinci putaran pertama masing masing pasangan mengekspos tagline atau slogan sendiri. Untuk pasangan Murasman-Zubir Dahlan: Untuk Kerinci lebih sejahtera sedangkan pasangan Adi Rozal-Zainal Abidin: Untuk Kerinci Lebih baik. Dari kajian pragmatik, siapa yang paling visioner? Siapa pasangan yang punya ‘wawasan’ yang luas untuk membangun Kerinci, yang mengungkapkan lebih baik atau lebih sejahtera?.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘baik’ memiliki banyak makna dibandingkan dengan kata sejahtera. Sejahtera berarti: aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dr segala macam gangguan), sedangkan kata baik berarti: 1. elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dsb); 2 mujur; beruntung; menguntungkan;3 berguna; manjur; 4 tidak jahat; jujur; 5 sembuh; pulih (tt luka, barang yg rusak, dsb);6 selamat (tidak kurang suatu apa); 7 selayaknya; sepatutnya;
Kedua kata sifat ini berarti positif dan bermakna bagi masyarakat Kerinci. Tetapi dilihat dari makna yang digunakan untuk proses komunikasi kata ‘baik’ jauh lebih luas maknanya dari kata sejahtera. Kata sejahtera ‘hanya’ bisa digunakan untuk menggambarkan keadaan ‘orang’, misalnya, dia sejahtera, orang orang di kampung itu sejahtera atau keluarga sejahtera. Tapi kata sejahtera kurang enak didengar apabila mendiskripsikan selain ‘orang’, misalnya: jalan itu sejahtera, ikan itu sejahtera atau rumah itu sejahtera.
Beda dengan kata ‘baik’, kata ini bisa digunakan untuk setiap keadaan baik untuk orang maupun benda yang lain. Kita bisa mengungkapkan, dia orang baik, jalan itu masih baik atau ayam itu masih baik.
Analisis ini bukan untuk mengarahkan calon pemilih, tetapi hanya ingin ‘menambah referensi’ pemilih dari sudut pandang yang lain. Dan ingin menginformasikan bahwa pilihan kata (deiksis) yang tuturkan mencerminkan ‘apa saja dalam otak kita’ sehingga akan mempengaruhi tindakan kita berikutnya. Misalnya, kalau seseorang banyak bercerita tentang agama, bisa diprediksi dia memiliki banyak pengetahuan tentang topik itu, dsb.