NUSADUA-Tahap stabilisasi ekonomi melalui pengetatan moneter diprediksi membutuhkan waktu hingga dua tahun. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa kebijakan pengetatan dari sisi permintaan ini bakal dikurangi jika ekspektasi inflasi kembali normal serta nilai tukar rupiah tak lagi mengalami volatilitas yang tinggi.
\"Stabilisasi ini terus kami lakukan dan tidak ada berhentinya. Stabilisasi tidak berarti menginjak pedal rem, tapi harus melihat pertumbuhan yang berkesinambungan. Mungkin 1-2 tahun ini moneter lebih banyak bermain dari sisi demand policy,\" ungkap Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Dody Budi Waluyo usai Seminar Internasional Avoiding Middle Trap Country, di Bali, kemarin (13/12).
Namun ke depannya, tutur Dody, demand policy tersebut tidak akan banyak membantu kebijakan dari sisi suplai untuk jangka panjang. Lantaran itu, Dody memaparkan, pihaknya memiliki beberapa skenario dengan asumsi pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,5 persen pada 2015. Di mana pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi tanpa diikuti tekanan inflasi, gejolak nilai tukar, dan tidak adanya tekanan defisit transaksi berjalan.
\"Itu bisa dilakukan dengan penyesuaian output ekonomi. Karena itu perlu ada kebijakan dari sisi suplai. Dalam jangka pendek, jika dapat menyelesaikan masalah infrastruktur, itu akan meningkatkan output,\" katanya.
Di bagian lain, Asian Development Bank (ADB) memproyeksi pertumbuhan ekonomi 45 negara berkembang anggota ADB pada 2013 bisa mencapai 6,0 persen. Angka tersebut membaik pada 2014 yang menjadi 6,2 persen. Hal ini kdipicu oleh perbaikan akselerasi negara-negara maju seperti Jepang dan AS, yang bisa mengerek kinerja ekonomi Tiongkok.
\"Meskipun ekonomi global dilingkupi ketidakpastian, ekonomi di Asia tetap tangguh. Wilayah ini memiliki kinerja yang baik pada 2013, dan sekarang siap untuk mendapatkan keuntungan dari tanda-tanda momentum pertumbuhan di negara maju,\" ungkap Kepala Ekonom ADB Changyong Rhee, kemarin.
Negara maju seperti AS, dan kawasan Eropa serta Jepang berada di jalur perkiraan pertumbuhan sebesar 0,9 persen pada 2013. ADB juga memperkirakan pertumbuhan 1,9 persen di negara tersebut pada 2014, dan naik 0,1 persen dari forecast yang digelar pada Oktober 2013.
Pertumbuhan Asia Tenggara diprediksi moderat. Kawasan ini diharapkan dapat mencatat pertumbuhan 4,8 persen pada 2013, dan 5,2 persen pada 2014. Akan tetapi, perkiraan tersebut merupakan penurunan 0,1 persen. \"Moderasi ini berasal dari dampak ketegangan di Thailand pada sektor konsumsi dan pariwisata. Serta dampak buruk dari Topan Haiyan Filipina.
(jpnn)