JAMBI – Tren partisipasi pemilih saat Pemilu terus mengalami penurunan. Padahal, partisipasi menjadi instrumen penting mengukur keberhasilan Pemilu, di luar barometer lain seperti kemampuan mengelola konflik, free and fair, dan terpilihnya individu yang kredibel.
Anggota KPU Provinsi Jambi, Desy Arianto mengatakan, ditingkat nasional pada Pemilu 1999 tingkat partisipasi 93 persen. Sedangkan pada Pemilu 2009 tingkat partisipasi pemilih 71 persen.
“Jadi penurunannya hampir 20 persen, sementara target partisipasi di Pemilu 2014 itu 75 persen. Walaupun target peningkatan 4 persen, ini adalah pekerjaan berat karena melawan tren itu pasti berat,” katanya.
Sementara itu khususnya di Jambi, pada Pemilu Legislatif 2009 partisipasi pemilih sebanyak 74,56 persen, pada Pemilu Presiden 2009 sebanyak 74,08 persen dan Pemilukada 2010 menurutn menjadi 68,88 persen.
Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan SDM ini menjelaskan, penurunan ini disebabkan oleh sistem kepercayaan seperti sistem kepercayaan terdapat doktrin keagamaan (theologi) atau nilai sosial budaya yang kontraproduktif dengan dukungan terhadap pemilu dan demokrasi.
Kemudian system politik terdapat struktur dan aktor politik yang memberi disinsentif kepada kepercayaan publik tentang politik. Selanjutnya administrasi Pemilu yang menghambat partisipasi pemilih dan persoalan individu.
“Kita akan terus meningkatkan tingkat partisipasi pemilih dan meningkatkan kesadaran politik pemilih,” ujarnya.
Dalam upaya peningkatan partisipasi dilakukan pendidikan pemilih atau vote education, pendidikan electoral atau electoral education dan pendidikan pemilih pemula.
Desy juga berharap, kepada masyarakat nantinya agar menjadi pemilih aktif dengan mendaftarkan diri sebagai pemilih, pemilih tahu tentang peserta Pemilu dan harus kritis tahapan Pemilu.
“Dan juga harus terampil untuk mengawasi dan menagih janji pemerintahan yang terbentuk serta pemilih dapat mengkonsolidasikan kepentingan kolektif masyarakat,” tandasnya.
(cas)