Berharap Tuah Mr. Champions League

Kamis 16-01-2014,00:00 WIB

MILAN - Perjudian besar itu akhirnya dilakukan AC Milan. Setelah memecat Massimiliano Allegri, kemarin (15/1) tim berjuluk Rossoneri itu menunjuk mantan pemain mereka sendiri, Clarence Seedorf. Pemain Milan satu dekade pada 2002-2012 itu dikontrak selama 2,5 tahun ke depan.

    Seedorf tak memiliki secuil pun pengalaman melatih. Bahkan, lisensi kepelatihan miliknya baru keluar pada April mendatang. Padahal, sebagian besar pemain yang langsung menjadi pelatih lebih banyak gagal daripada berhasil.

    Mereka, antara lain, Ruud Gullit yang kala menangani Chelsea pada 1996 tak memiliki lisensi apapun. Kemudian yang terbaru adalah Vincenzo Montella yang menjadi caretaker AS Roma di tengah musim 2011-2012. Jika menilik persyaratan formal, seharusnya yang lebih tepat menangani Milan adalah Filippo Inzaghi.

    Lantas, mengapa Milan memilih Seedorf? Saat masih aktif bermain, Seedorf menempati posisi sebagai gelandang serang. Hal itu membuatnya secara \"genetik\" memiliki visi permainan tim. Berbeda dengan Inzaghi yang selama ini dikenal sebagai goal poacher yang hanya \"menunggu bola\" di depan gawang.

    Sejumlah pelatih sukses yang bekas pemain juga berada di posisi gelandang atau bek. Bukan penyerang. Mereka, antara lain, Carlo Ancelotti, Franz Beckenbauer, Pep Guardiola, dan Diego Simeone.

    Selain itu, Seedorf berpengalaman di ajang multinasional. Dia pernah bermain di Spanyol dengan Real Madrid, di Belanda bersama Ajax Amsterdam, hingga akhirnya hijrah ke klub ibukota Brasil Botafogo. Itu membuat dia gampang beradaptasi dengan skuad Milan yang beragam kewarganegaraan. Tidak seperti Inzaghi yang hanya bermain di Italia sepanjang karirnya.

    Seiring peringkat Milan di level domestik melorot ke posisi ke-11, Liga Champions menjadi salah satu piala yang masih prospek. Nah, penunjukkan Seedorf juga karena dia masih membawa tuah liga paling prestis Eropa tersebut. Bahkan, dia disebut sebagai Mr. Champions League.

    Selama 22 tahun karirnya di lapangan hijau, dia memenangi Liga Champions empat kali bersama tiga klub berbeda. Yakni, dua kali (2002-2002 dan 2006-2007) bersama Milan dan masing-masing sekali bersama Real Madrid (1997-1998) dan Ajax Amsterdam (1994-1995).

    Karena itu, sejatinya Seedorf enggan pensiun dari lapangan hijau meski sudah berusia 37 tahun. Dia menyebut malam terakhirnya bersama Botafogo adalah malam kelabu dalam hidupnya.

    \"Panggilan itu datang di tengah-tengah sesi latihan. Milan adalah tempat saya menghabiskan masa sepuluh tahun. Saya memiliki hubungan dekat dengan presiden. Saat dia memintaku bergabung, saya tak bisa menolak,\" tuturnya seperti dilansir Reuters.

    Target utama Seedorf saat ini adalah mereformasi Milan. Milan di bawah Allegri dianggap tak memiliki \"jiwa\" Rossoneri. Para pemain tidak ada gairah untuk bertarung di lapangan membela bendera klub besar. \"Yang terpenting adalah membawa Milan kembali ke puncak. Milan, pemain, dan para fans layak mendapatkannya,\" katanya.

    Setelah mendapatkan segalanya sebagai pemain, kini Seedorf harus memulai segalanya dari awal, sebagai pelatih. \"Setelah 22 tahun bermain sepak bola, saat inilah masa di mana saya harus kembali memiliki mimpi,\" ungkapnya.

(aga)

 

Tags :
Kategori :

Terkait