Meski Banyak Bencana
JAKARTA - Banyaknya bencana alam sempat memicu kekhawatiran bakal mengerem prospek bisnis asuransi akibat besarnya klaim yang harus ditanggung. Namun, lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menyebut prospek industri asuransi di Indonesia tetap positif. Prediksi Fitch tersebut menguatkan proyeksi Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).
Direktur Senior Fitch Ratings Asia Aninda Mitra mengatakan, awalnya, klaim asuransi akibat banjir sepanjang Desember 2013 dan Januari 2014 diperkirakan bakal mencapai Rp 1,5 triliun. Namun, setelah evaluasi hingga Januari, klaim diperkirakan akan jauh lebih rendah dari perkiraan tersebut. \"Januari 2013 lalu, klaim asuransi akibat banjir sebesar Rp 638 miliar. Januari 2014, klaimnya hampir pasti di bawah itu,\"ujarnya kemarin (4/2).
Menurut Mitra, besarnya klaim diperkirakan lebih rendah karena kebanyakan banjir tahun ini terjadi pada daerah pemukiman yang tidak masuk dalam jangkauan asuransi. Meskipun luas wilayah yang terdampak banjir sama dengan tahun lalu, yakni sekitar 30 persen, namun kali ini kawasan pusat bisnis yang banyak di-cover asuransi tidak terkena dampak parah banjir. \"Tahun ini, kawasan bisnis seperti perkantoran dan ritel (pusat perbelanjaan) tidak terlalu parah terkena banjir,\" katanya.
Industri asuransi di Indonesia juga tertolong reasuransi. Karena itu, sebagian klaim yang dibayarkan kepada konsumen akan diganti oleh perusahaan reasuransi. \"Kebanyakan perusahaan reasuransi asing,\" sebutnya.
Sebelumnya Direktur Eksekutif AAUI Julian Noor mengakui, tahun ini perusahaan asuransi memang menganggarkan klaim akibat banjir sebesar Rp 1,5 triliun. Namun, dana tersebut diperkirakan hanya akan terpakai separonya saja atau bahkan kurang.
Hal itu dimungkinkan lantaran kawasan pusat bisnis di Jakarta yang ada di segitiga emas di Sudirman, M.H. Thamrin, dan Rasuna Said Kuningan tidak terkena dampak banjir. Sehingga, klaim dari wilayah tersebut tidak akan terlalu besar. \"Yang parah kan seperti Kampung Pulo (Jakarta Timur) dan Pantura, itu mayoritas tidak di-cover asuransi,\" jelasnya.
Mitra melanjutkan, selain klaim asuransi banjir yang tidak terlalu besar, regulasi tarif premi asuransi yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai 1 Januari 2014 lalu juga akan berdampak positif bagi stabilitas dan perkembangan industri asuransi nonjiwa di Indonesia. \"Ujungnya, profit perusahaan asuransi berpotensi naik,\" ucapnya.
Secara keseluruhan, lanjut Mitra, industri asuransi di Indonesia berpotensi tumbuh karena masih banyaknya masyarakat yang belum tersentuh produk asuransi. Apalagi kebutuhan asuransi diperkirakan akan terus naik seiring tumbuhnya jumlah masyarakat kelas menengah. \"Saat ini, penetrasi asuransi di Indonesia masih sangat rendah sehingga terbuka lebar peluang ekspansi,\" ujarnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, indeks literasi atau pemahaman masyarakat terhadap produk jasa keuangan masih rendah. Secara detail, indeks literasi paling tinggi ada di sektor perbankan yaitu 21,8 persen, disusul asuransi dengan indeks literasi sebesar 17,84 persen. Adapun indeks utilitas atau penggunaan perbankan sebesar 57,28 persen. Sedangkan asuransi hanya 11,81 persen.
(owi/sof)