2014, Tiga Musim Melanda Indonesia

Rabu 19-02-2014,00:00 WIB
Oleh:

                Saat ini demikian banyak caleg yang mencalonkan diri ataupun dicalonkan untuk maju dalam pileg mendatang.Latar belakangnya pun beragam, dan dari sekian banyak itu sebagian besar mereka adalah unpoliticable.Dikatakan demikian, karena pencalonan mereka bersifat instan. Caleg yang maju secara instan ini sangat berbahaya bagi kehidupan demokrasi kita kedepan, karena orientasinya bukan pada kepentingan rakyat, bukan kepada vox populi vox dei tapi kepada kepentingan individu, dan ini bahaya!

Warning bukan kepada individu sebagai sikap apolitiktapi lebih kepada sikap keberhati-hatian dalam menentukan pilihan, jangan sampai membeli kucing dalam karung, apatahlagi membelinya berkarung-karung. Sikap selektif dari masyarakat nantinya akan berdampak pada kualitas anggota dewan yang akan mengemban amanah rakyat. Dengan sikap ini proses eliminasi terhadap caleg instan bisa dilakukan. Maka tugas kita bersamalah untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat sehingga tercipta tanggungjawab yang sama dalam memikirkan bangsa ini. Dengan begitu, suasana panas akan bisa diredam oleh kita yang masih peduli terhadap keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.

Musim panas ketiga

                Musim panas ketiga yang sedang melanda Indonesia adalah panasnya letusan vulkanik gunung api. Belum selesai persoalan Sinabung, kini pergolakan dari gunung berapi pindah ke gunung Kelud di Jawa Timur. Sibanung masih berduka dan entah kapan akan berakhir, setumpuk persoalan melanda masyarakat Kabupaten Karo Sumatera Utara. Mulai dari proses rehabilitasi, perekonomian yang hancur, pendidikan anak-anak yang terbengkalai, persoalan social dan banyak lagi lainnya yang belum terselesaikan dengan baik. Kini muncul lagi kasus meletusnya gunung Kelud, bahkan lebih luas dampaknya dari Sibnabung. Tentunya ini menjadi bahan renungan bagi kita sebagai manusia yang beriman, apakah persoalan meletusnya beberapa gunung di Indonesia akhir-akhir ini hanyalah persoalan vulkanologi dengan dalih bahwa bumi sedang mencari titik keseimbangan ataukah ada faktor lain diluar keterbatasan akal kita sebagai manusia?

                Jika kita sekedar mengandalkan akal, maka benarlah argumentasi bahwa alam ini sedang mencarai titik keseimbangan baru, tetapi sebagai masyarakat yang beragama tentunya kejadian-kejadian ini akan kita kaitkan dengan logika Ketuhanan bahwa boleh jadi alam ini sudah muak dengan kemaksiatan yang dilakukan pendidik bumi khususnya masyarakat Indonesia.Oleh karena itu, logika akal mesti kawin dengan logika Ketuhanan agar kejadian ini menjadi pelecut kita untuk berbenah menuju kebaikan.

Wallahualam!

* Penulis adalah Widyaiswara BPP Jambi-Kementerian Pertanian RI

Tags :
Kategori :

Terkait