JAKARTA - Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) sudah menentukan limit pelatih asing untuk pelatnas Asian Games 2014 ini hanya 20 orang. Tapi, di dalamnya tidak ada perincian bagaimana sistem penggajian para pelatih asing tersebut. Apakah sudah dianggarkan di dalam pelatnas, atau malah cabor-cabor sendiri yang menanggungnya.
Kemungkinan terakhir menjadi yang paling bisa terjadi. Sebab, berkaca dari pengalaman dalam multievent-multievent sebelumnya, termasuk SEA Games 2013 lalu, pencairan anggaran untuk pelatih asing selalu diberikan di belakang, alias pasca event. Praktis, pengurus besar (PB/PP) dari tiap cabor pun harus siap untuk merugi.
Padahal, cabor-cabor yang menggunakan pelatih asing itu punya potensi medali. Sebut saja dari cabor dayung, atletik, hingga angkat besi. Bahkan dayung punya dua pelatih asing yang masing-masing menangani satu disiplin, rowing dan canoeing. Boodewilja Van Opstal untuk rowing, dan Wolfgang Lother Schafffer untuk canoeing.
Keduanya dibayar dengan dana swadaya, alias ditanggung dari cabor bersangkutan. Lalu, dimana sumbangsih pihak terkait, baik Satlak Prima ataupun KONI/KOI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)\" \"Sampai sekarang pun kami belum menerima penggantian biaya untuk gaji pelatih asing tersebut,\" ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB PODSI, Edy Suyono, di Jakarta kemarin (19/2).
Bukan hanya untuk pelatnas SEA Games 2013, kedua pelatih impor itu sudah menggembleng Muhammad Yakin dkk sejak dua tahun silam. Artinya, sejak saat itu PB PODSI harus merogoh koceknya untuk membayar gaji bagi kedua pelatih asing tersebut. Padahal nilai gaji kedua pelatih itu tidak kecil.
Edy membeberkan, untuk per bulannya, PB PODSI harus membayarkan USD 4 ribu per pelatih. Jika dikurskan ke Rupiah, nilainya 46,9 juta atau hampir 100 juta per bulan untuk dua pelatih itu. Menurut Edy, pihaknya selama ini tidak begitu mempersoalkannya karena semua ini sudah jadi instruksi dari Ketum PB PODSI, Achmad Sutjipto.
Hanya, dia berharap dari Satlak Prima bisa sedikit membantu meringankan beban PODSI untuk membayar gaji pelatih asing ini. Baik ditanggung sepenuhnya ataupuun dengan sistem parsial. \"Kalau bisa untuk gaji atau honor bagi pelatih asing juga diberi bersamaan dengan honor atlet,\" usulnya.
Ini mengingat jangka waktu kedua pelatih itu di dalam pelatnas dayung yang tidak sebentar. Dua pelatih itu akan membesut tim dayung Indonesia hingga SEA Games 2015 Singapura. Masa yang tidak sebentar itu juga dibebankan oleh PB PASI untuk pelatih asing pada lompat galah, Anatoly Chemobai.
Hanya, untuk pelatih asal Rusia ini Sekretaris Umum (Sekum) PB PASI Tigor M Tanjung tidak mau membuka nominal kontraknya. \"Ya yang jelas untuk pembiayaannya selama ini murni dari kami PB PASI sendiri. Kalau yang dari Satlak Prima saya tidak tahu ada atau tidak,\" ungkapnya terpisah.
Cabor terukur lainnya yang menggunakan pelatih asing adalah angkat besi. Huang Qianghui jadi pelatih di pelatnas SEA Games 2013 lalu. Bedanya, pelatih berusia 83 tahun itu masih belum jelas tetap berada di pelatnas Asian Games atau tidak. \"Yang pasti kami menginginkan dibayar di muka dulu untuk gaji pelatih asing ini, jika tidak ya mending tidak usah pakai pelatih asing saja,\" tandas Sekum PB PABBSI, Sonny Kasiran.
(ren)