JAKARTA-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengalokasikan kuota beasiswa pendidikan mahasiswa miskin (Bidik Misi) 2014 sebanyak 60 ribu kursi. Untuk membiayai kuliah dan pemberian uang hidup para mahasiswa bidik misi, pemerintah menganggarkan Rp 3,9 triliun.
Mendikbud Mohammad Nuh berharap kuota tersebut terpenuhi. Kuota bidik misi 2014 disebar ke seluruh perguruan tinggi negeri (PTN) dan sejumlah kampus swasta. \"Pembagiannya secara proporsional,\" ujarnya.
Acuan standar pembagian kuota bidik misi dihitung berdasarkan 20 persen dari total kuota mahasiswa baru di kampus. Ketentuan itu merupakan amanah dari undang-undang pendidikan tinggi (UU Dikti). Kampus wajib menyediakan 20 persen dari kuota mahasiswa baru untuk masyarakat miskin.
\"Kuota 20 persen itu hanya acuan awal pembangian jatah bidik misi,\" kata Nuh. Nah, dalam praktenya ada sejumlah kampus yang kurang bagus dalam menyerap alokasi kuota bidik misi. Dengan berbagai alasan, kampus itu mengaku kesulitan untuk mencari calon mahasiswa miskin dan berprestasi.
Di sisi lain, banyak kampus yang tuntas bahkan kekurangan dalam menyerap kuota bidik misinya. \"Tentu kami akan mengevaluasi. Bagi PTN-PTN yang kekurangan alokasi bidik misi, akan ditambah,\" katanya. Caranya dengan mengurangi kuota bidik misi di kampus-kampus yang seret penyerapannya.
Calon mahasiswa sudah bisa melamar menjadi peserta bidik misi saat mendaftar SNM PTN 2014. Nuh menuturkan, prestasi akademik mahasiswa bidik misi lumayan moncer. Hal itu bisa dilihat dari i IPK (indeks prestasi kumulatif). Kemendikbud mencatat ada sekitar 10 ribu mahasiswa bidik misi dengan IPK 3,9.
Mahasiswa bidik misi yang bisa mempertahankan prestasi hingga wisuda akan ditawari beasiswa lanjutan ke jenjang S-2. Pertengahan tahun ini sudah mulai ada mahasiswa bidik misi angkatan pertama yang diwisuda. Kemendikbud belum mendata jumlah mahasiswa bidik misi yang melanjutkan ke S-2.
Untuk mahasiswa bidik misi di fakultas kedokteran, mereka ditanggung hingga menjalani sekolah profesi dokter. \"Karena kalau masih lulusan sarjana kedokteran, belum bisa nyuntik. Harus dilanjutkan ke pendidikan profesi,\" kata Nuh. Dengan sistem tersebut, Nuh optimis program bidik misi bisa memutus mata rangkai kemiskinan di keluarga mahasiswa peserta.
(wan/ca)