JAMBI - Setelah diproklamirkan pada 1945, ternyata Indonesia saat ini masih belum bisa disebut merdeka. Cita-cita yang diperjuangkan orang tua kita puluhan, ratusan bahkan sejak ribuan tahun lalu, semakin ke sini realitasnya semakin jauh dari harapan.
Indonesia baru bisa dikatakan merdeka dalam arti yang sesungguhnya jika sudah berdaulat di segala bidang. Termasuk dalam hal ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam (SDA). Terlebih lagi untuk cabang ekonomi yang bersifat strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak.
Tak hanya di tingkat nasional, tingkat provinsi seperti di Jambi hal itu juga berlaku. Makanya harus diperjuangkan dan diamankan. Itulah salah satu tugas penting seorang legislator.
Itu disampaikan Ihsan Yunus saat memenuhi undangan tokoh masyarakat Jambi Selatan, di Talang Bakung, Jum’at (15/02) malam. Menurut Ihsan, saat ini kita masih belum bisa disebut merdeka. Pasalnya, banyak potensi alam kita dikuasai oleh asing.
“Kalau kita mengaitkan dengan Trisakti Bung Karno, kata merdeka itu seakan menjauh dari kita. Indonesia baru bisa dikatakan merdeka jika sudah berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian secara sosial-budaya,” kata Ihsan.
Untuk mencapai semua itu, lanjut Ihsan, diperlukan para pemimpin, penyelenggara Negara yang paham dan menjiwai ideologi bangsa. Termasuk untuk legislator yang duduk dari tingkat pusat sampai daerah, maupun yang baru nyaleg. Ideologi inilah yang kemudian membedakan seorang pemimpin pejuang dengan calon legislatif (Caleg) yang hanya bermaksud mencari kerja di gedung dewan atau sekedar bermotif keuntungan pribadi.
“Bagaimana Caleg akan memperjuangkan kepentingan rakyat kalau tidak punya ideologi?,” kata Guru Kader Nasional PDI P ini.
Makanya menurut Ihsan, penilaian untuk memilih calon legislatif selain karena kapasitas, integritas, juga harus ideologis. “Ini terkait dengan semangat juang dan pengabdian mereka setelah terpilih,” tegasnya.
Semua hadirin menganggut menunjukkan sikap setuju dengan apa yang disampaikan Caleg DPR RI dari PDIP nomor urut 1 (satu) ini. Saat Ihsan mengakhri sambutannya, tiba-tiba salah seorang tokoh yang hadir, tanpa dikomandoi berdiri dan berteriak ‘aplaus untuk Bang Ihsan’ serentak, hadirin yang berjumlah hampir 200-an orang bertepuk tangan dan berteriak lantang \"Merdeka..!\".
(cas)