Angka Inflasi Mulai Terkendali

Rabu 02-04-2014,00:00 WIB

Januari-Maret 2014 Tercatat 1,14 Persen

JAKARTA-Angka inflasi pada awal tahun ini menunjukkan tren menurun. Setelah melonjak 1,07 persen pada Januari akibat banjir di berbagai daerah, inflasi melandai ke level 0,26 persen pada Februari. Inflasi kembali turun ke posisi 0,08 persen sepanjang Maret lalu.

       Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, inflasi Maret tahun in juga jauh lebih rendah daripada inflasi Maret 2013 yang mencapai 0,63 persen. Kala itu inflasi melambung akibat lonjakan harga bawang. “Sekarang sudah kembali ke level normal. Sebab, biasanya inflasi Maret memang rendah karena masuk masa panen,” ujarnya kemarin (1/4).

       Data BPS menunjukkan, dari 82 kota survei indeks harga konsumen (IHK), 45 kota inflasi dan 37 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke 1,15 persen, sedangkan deflasi paling besar terjadi di Tual -2,43 persen. Dengan inflasi Maret sebesar itu, inflasi tahun kalender (Januari-Maret 2014) tercatat 1,14 persen. Sedangkan inflasi tahunan atau year on year (Maret 2014 terhadap Maret 2013) mencapai 7,32 persen.

       Menurut Suryamin, beberapa hal yang perlu dicermati dari postur inflasi Maret 2014 adalah deflasi yang terjadi pada bahan makanan (IHK turun 0,44 persen), sehingga kontribusi pada inflasi tercatat -0,11 persen. Padahal, biasanya bahan makanan ini menjadi salah satu penyumbang utama inflasi. “Ini artinya, pasokan bahan pangan sudah mulai lancar,” katanya.

       Kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami penurunan harga di antaranya adalah telur ayam ras, cabai merah, daging ayam ras, tomat sayur, ikan segar, wortel, melon, dan tomat buah. Adapun bahan makanan yang mencatat kenaikan harga adalah beras, cabai rawit, bawang putih, dan minyak goreng. “Khusus cabai rawit, kenaikan di beberapa daerah memang cukup tinggi,” ujarnya.

       Di beberapa wilayah, harga cabai rawit memang naik tajam dari biasanya Rp 40 rib per kilogram menjadi Rp 60-an ribu per kilogram. Bahkan, di pedagang eceran harganya sudah sampai Rp 100 ribu per kilogram. Menurut dia, kenaikan tersebut didorong kurangnya pasokan. “Selain karena curah hujan masih tinggi, sentra produksi cabai di sekitar (Gunung) Kelud juga belum pulih karena dampak erupsi,” jelasnya.

       Rendahnya inflasi Maret disambut positif Menteri Keuangan Chatib Basri. Menurut dia, jika tidak ada perubahan mendasar terkait administered price atau harga yang diatur pemerintah seperti BBM bersubsidi, inflasi sepanjang 2014 diperkirakan bisa dijaga sesuai target APBN 2014 yakni 5,5 persen. \"Dengan (inflasi) Maret 0,08 persen, saya kira realisasi tahun ini masih sesuai target,\" ujarnya.

       Sementara itu, BPS mencatat laju inflasi Jatim 0,23 persen. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jatim Sapuan mengungkapkan, inflasi tertinggi tercatat di Malang, sedangkan Kediri terendah. \"Inflasi tertinggi terjadi di Malang yakni 0,43 persen. Sedangkan Kediri 0,02 persen,\" ujarnya. Dari tujuh kelompok pengeluaran, enam di antarnya naik harga.

       Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar adalah cabai rawit, tarif angkutan udara, beras, bawang putih, tukang bukan mandor, mobil, minyak goreng, soto, buah nangka muda, serta rokok filter. \"Kenaikan harga cabai ini membuat perubahan cukup tinggi terhadap inflasi Jatim,\" katanya. Selain itu, kelompok yang memberikan sumbangan inflasi tertinggi adalah transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,10 persen. Hal ini karena Maret lalu terjadi pemberlakuan Permenhub No 2/2014 yang mengatur tentang besaran biaya tambahkan tarif penumpang kelas ekonomi angkutan udara niaga dalam negeri yang memasukkan biaya fuel surcharge untuk tiket pesawat terbang.

(owi/dee/oki)

Tags :
Kategori :

Terkait