Berkat Tandon Air Alami, Petani Panen Dua Kali

Sabtu 26-04-2014,00:00 WIB

 \"Jadi, setiap panen, selain bisa dijual, beras bisa disisakan untuk makan sehari-hari. Tidak seperti dulu lagi, beras habis dijual semua,\" ujar peraih penghargaan penyuluh pertanian swadaya tingkat nasional 2012 itu.

 Untuk mengatasi abrasi Sungai Rokan yang lebih parah, Alkahfi menggerakkan warga untuk membuat tanggul penahan banjir. Dengan cara demikian, luas lahan pertanian bisa dipertahankan.

 Sejatinya luapan air Sungai Rokan tidak hanya berdampak abrasi pada area persawahan. Ada masalah lain yang mengancam keselamatan jiwa warga. Yakni, serangan buaya yang sering muncul di sungai tersebut.

 Karena itu, warga mesti superhati-hati setiap banjir Sungai Rokan datang. Sebab, buaya-buaya ganas ikut aliran sungai dan bisa mengancam warga yang rumahnya di sekitar sungai.

 Warga beberapa kali menangkap buaya-buaya raksasa saat banjir Sungai Rokan. Panjangnya mencapai 7 meter. \"Ada juga warga yang menjadi korban keganasan buaya-buaya tersebut. Karena itu, ini termasuk problem bagi kami,\" ujarnya.

 Menurut Alkahfi, buaya Sungai Rokan sampai memangsa korban manusia karena makanan mereka yang tersedia di sungai sudah habis. Mereka lalu masuk ke pedesaan yang tergenang banjir.

 Meski buaya sangat membahayakan keselamatan, warga tidak serta-merta membunuh hewan karnivora itu. Mereka mesti meminta izin kepada otoritas setempat. Sebab, buaya termasuk kategori hewan yang dilindungi pemerintah.

 \"Jadi, tidak boleh sembarangan membunuh buaya. Kami harus menaati aturan,\" tegasnya.

 Selain buaya, para petani di Muktijaya menghadapi hama yang bisa memusokan tanaman padi mereka. Untuk mengatasi, mereka tidak menggunakan pestisida, melainkan dengan cara alami dan bersahabat dengan alam. Yakni, menanam tanaman lain di antara tanaman padi.

 Dengan adanya aneka tanaman tersebut, hama yang semula mengincar padi menjadi bingung. \"Akhirnya, yang diserang adalah tanaman-tanaman yang tumbuh di antara padi yang tidak terlalu bermanfaat itu,\" jelasnya.

 Alkahfi bersama kelompok tani yang dipimpinnya saat ini juga mengembangkan jenis tanaman lain selain padi. Yakni, menanam rami (boehmerianivera) setelah panen padi.

 \"Tanaman rami untuk diambil seratnya,\" katanya.

 Masa tanam hingga panen tanaman rami sekitar empat bulan. Biasanya ditanam ketika warga sedang tidak menanam padi. Dengan model itu, warga mendapat lebih banyak keuntungan dari lahan pertanian mereka.

 Alkahfi mengungkapkan, setelah ditetapkan sebagai desa ProKlim pada 2012, warga Desa Muktijaya merasa lebih tenang hidup. Mereka jadi lebih kreatif dalam menghadapi perubahan dan kondisi iklim.

 Misalnya, warga tidak lagi bergantung pada lahan pertanian saja. Banyak warga yang mulai membudidayakan ikan di pekarangan rumah. Ada pula yang menjadikan pekarangan rumah sebagai apotek hidup.

 \"Pengeluaran belanja warga bisa ditekan hingga 60\"70 persen,\" katanya.

Tags :
Kategori :

Terkait