Melalui safepay, requester akan dikenai biaya 3 persen dari biaya pembayaran barang plus tip bagi traveler. Traveler juga bisa langsung memberitahukan kepada requester apakah bisa memperoleh barangnya secara real time.
\"Melalui smartphone, mereka bisa menekan ikon bertulisan \"I bought the item already\" kalau sudah dapat barangnya atau \"cancel this transaction\" karena barangnya nggak ada. Semua pemberitahuan akan langsung dikirim ke e-mail requester. Jadi, kami nggak ikut-ikut dalam proses negosiasi ini,\" jelasnya.
Sejak didirikan hingga sekarang, respons yang diperoleh bistip.com cukup banyak. Menurut Willy, total member-nya kini sudah mencapai 22 ribu orang. Pria asli Jakarta itu menuturkan, animo traveler maupun requester cukup besar. Transaksi yang terjadi dalam sebulan mencapai Rp 50 juta\"Rp 150 juta. Barang yang dipesan pun beragam. Mulai kosmetik, suvenir, gadget, spare part mesin, camilan, sampai barang-barang ikonik suatu negara.
Bahkan, lanjut Willy, para traveler lantas bisa membuka lapak di bistip. Sebab, mereka menyadari bahwa peminat barang-barang ikonik cukup tinggi. Para traveler bisa mem-posting penawaran barang-barang tersebut di website itu.
\"Mereka bisa sekalian jualan di web kami. Mereka sudah tahu barang apa saja yang laku dari luar negeri,\" lanjutnya.
Doddy menambahkan, kini jenis barang yang dipesan dari luar negeri juga bergantung pada tren atau mode. Misalnya, ketika di Indonesia tengah booming produk kosmetik Blemish Balm (BB) Cream dari Korea, pesanan untuk produk itu membeludak. Termasuk para anggota komunitas pencinta budaya Korea atau K-Pop.
\"Dua tahun lalu itu banyak banget titipan BB Cream,\" kata Doddy.
Animo titipan yang tinggi, tambah dia, juga membawa keuntungan lumayan bagi traveler. Bahkan, berdasar pengalaman pribadi, Doddy pernah sampai tidak mengeluarkan uang tiket pesawat karena memperoleh tip yang lumayan besar dari para requester.
\"Waktu saya lagi ada bisnis di Singapura, hampir dua minggu sekali saya ke sana. Dari pesanan para requester itulah saya bisa terbang tanpa harus membayar tiket. Bahkan, dari tip itu saya masih bisa mengantongi. Misalnya, ketika banyak yang titip gadget, saya bisa bawa tujuh iPhone dan iPad,\" tuturnya.
Doddy tidak mengira antusiasme para requester cukup tinggi. Saat barangnya bisa didapat, dia rela menjemput traveler di bandara. \"Namun, saking tingginya antusiasme pengguna bistip, jenis titipan juga aneh-aneh,\" kata alumnus jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu.
Ayah dua anak itu menuturkan, suatu kali pernah ada seorang ibu yang berniat menitipkan bayinya kepada Doddy yang akan bepergian ke luar kota. Namun, permintaan requester tersebut ditolak mentah-mentah.
\"Dia nitip bayinya, tapi nggak ikut pergi. Waduh, itu berisiko banget. Sebenarnya kami siap terima barang apa saja asal nggak ilegal. Tapi, kalau bayi, kami nggak berani ambil risiko,\" ujar Doddy lantas terbahak.
Doddy juga pernah mendapat titipan sebuah kotak rokok saat akan bepergian ke Taiwan. Namun, yang mencurigakan, sang requester meminta Doddy tidak membuka isi kotak yang tertutup rapat tersebut. Konon isinya adalah obat sehingga dikhawatirkan terkena udara kalau dibuka. Dia pun merasa waswas. Apalagi tip yang ditawarkan cukup besar: Rp 1,5 juta.
\"Saya deg-degan. Kalau isinya narkoba, bisa bahaya. Akhirnya saya tolak,\" ungkapnya.
Tidak hanya itu, bistip juga pernah mendapat tawaran klien yang ingin menitip uang cash dari Jakarta ke Bangkok. Masalahnya, jumlah duit yang dititipkan sangat banyak, USD 6 juta.
\"Jujur, kami tidak berani. Risikonya besar.\"