SD Tak Sampai Tiga Tahun, Kini Sudah Kelas II SMA

Selasa 20-05-2014,00:00 WIB

 \"Saya juga merasa lebih nyaman bergaul dengan adult (orang dewasa),\" lanjut bungsu tiga bersaudara itu.

 Meski tidak memiliki banyak teman, Diki tidak menyesal. Saat ini dia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti olimpiade fisika tingkat SMA. Namun, baru tahun depan dia mengikuti olimpiade tersebut. Sebelumnya, Diki sering mengikuti olimpiade sains, baik tingkat nasional maupun internasional.

 Saat ditanya cita-citanya kelak, Diki menjawab lugas. \"Saya ingin menjadi the most superior youngest physicists (fisikawan termuda paling hebat),\" ucapnya dengan gaya meyakinkan.

 Namun, dia mengingatkan, pada dasarnya, tidak ada orang yang mampu menguasai ilmu fisika dengan sempurna. \"Mereka hanya mencapai level yang lebih dari orang kebanyakan,\" tambahnya.

 Yohanes mengaku takjub atas kemampuan Diki, baik dalam penguasaan materi pelajaran maupun dalam logika bicara. Bagi dia, potensi bocah seperti Diki harus ditangani orang yang tepat. Sebab, siswa seperti Diki sangat dibutuhkan Indonesia pada masa depan.

 \"Seandainya saya bertemu dengan dia jauh sebelumnya, mungkin hasilnya akan lebih baik,\" tuturnya.

 Selain Diki, Yohanes sedang menangani bocah genius lainnya. Dia bernama Ethan dengan IQ 168. Hanya, Ethan baru memulai bimbingan.

 Melihat potensi-potensi besar anak Indonesia seperti Diki dan Ethan, Yohanes berencana membuka sekolah khusus anak-anak genius. Hal itu dimulai pada tahun pelajaran baru nanti. Bersama timnya, Yohanes akan menggembleng delapan bocah dengan tingkat kecerdasan yang luar biasa.

 \"Saat ini kami sedang menyiapkan kurikulum yang pas untuk mereka,\" terangnya.

 Pada 2015 pihaknya menerima lebih banyak anak genius. Yohanes menargetkan bisa menjaring lima anak dari tiap kota. Artinya, akan ada sekitar 2.500 anak genius yang masuk dalam bimbingan Universitas Surya. Hanya, dia tidak akan memaksakan untuk mengambil 2.500 anak. Bisa memperoleh 400 anak saja sudah cukup.

 \"Anak-anak itu nanti dibiayai lewat beasiswa dari pemda masing-masing,\" ucap ilmuwan berusia 50 tahun itu.

 Untuk memuluskan rencana tersebut, pihaknya akan menyeleksi secara ketat anak-anak genius yang masuk dalam pantuannya. Dia hanya akan mengambil anak-anak yang perkembangan kegeniusannya sudah setengah jadi atau bahkan sudah jadi. Juga, mereka tetap mempunyai motivasi tinggi untuk berkembang.

 Menurut Yohanes, bisa saja ada anak yang berpotensi genius, namun belum dikembangkan sama sekali. Karena itu, saat ini dia melatih sejumlah guru dari berbagai daerah untuk mematangkan anak-anak genius tersebut di daerah masing-masing. \"Kalau sudah berkembang, tahun berikutnya baru kami ambil,\" lanjutnya.

 Konsep sekolah anak genius itu nanti menggunakan sistem percepatan belajar. Siswa diarahkan untuk bisa mengembangkan kemampuan secara optimal melalui riset-riset. Pelajaran SD dimampatkan menjadi tiga tahun. Begitu pula untuk SMP dan SMA. Di level tersebut, mereka akan dibiasakan dengan konsep research by learning.

 Targetnya, dengan menempuh pendidikan selama 12 tahun, anak-anak genius itu sudah bisa menyelesaikan studi S-3. \"Jadi, bisa dibayangkan, anak usia 7 tahun ditambah (pendidikan) 12 tahun, pada usia 19 tahun mereka sudah bergelar doktor,\" terangnya.

 Yohanes berharap, dengan kurikulum yang dia kembangkan, muncul ilmuwan-ilmuwan muda Indonesia dengan kemampuan yang luar biasa. Pihaknya bakal mengembangkan dan memfasilitasi para siswa itu dengan berbagai riset. \"Kami akan bikin research-research center yang klop dengan itu semua,\" tegasnya.

Tags :
Kategori :

Terkait