Wawancara dengan Perwakilan Jenggala Center, Eep Saefulloh Fatah
Untuk memahami latar belakang penampilan berbeda Capres yang diusung PDI Perjuangan, Partai NasDem, PKB, Partai Hanura dan PKP Indonesia itu, JPNN bersama beberapa media lain mewawancarai Eep Saefulloh Fatah, perwakilan Jenggala Center yang merupakan salah satu posko pemenangan Capres Joko Widodo dan Cawapres Jusuf Kalla. Berikut petikannya.
Bagaimana Anda menilai pidato atau penampilan Jokowi dalam acara Deklarasi Pemilu Beritegritas dan Damai ?
Jokowi selama ini identik dengan kelugasan. Itulah yang kita saksikan tadi malam. Lugas. Jokowi adalah seorang pelayan rakyat yang tidak suka basa-basi. Ia biasa bicara langsung ke pokok soal, tak suka berputar-putar.
Jokowi yang dikenal rakyat Indonesia adalah seorang yang tak terlalu suka hal-hal yang seremonial, yang diatur, yang diupacarakan. Karena itu, Jokowi bukanlah pengrajin kata-kata sebagaimana kita temukan pada banyak pejabat yang suka seremoni.
Jokowi adalah \"sepi ing pamrih rame ing gawe\". Jika ada enam hal yang bisa mewakili sosok Jokowi, maka keenam hal itu adalah: (1) merasakan derita rakyat dalam sanubarinya, (2) berpikir bagi manfaat dan maslahat banyak orang, (3) bekerja, (4) bekerja, (5) bekerja, dan (6) bicara.
Yang kita saksikan semalam adalah bagian dari transformasi dari seorang Jokowi yang kita kenal selama ini menuju (Insya Allah) seorang Presiden. Dalam transformasi ini, kelugasannya terlihat tegas sehingga boleh jadi sebagian orang tak melihat keluwesannya. Kami yakin ini adalah bagian dari transformasi tadi. Ini proses dan bukan akhir. Yang jelas, tak ada yang berubah pada Jokowi. Ia tetap Jokowi yang kita kenal dan kita cintai.
Jokowi terkesan tegang dan kaku. Tak ada senyum, tak tepuk tangan. Mengapa Jokowi berubah dari sosok yang dikenal luas sebagai orang yang ramah, rendah hati, santai menjadi orang yang kaku, tegang, tanpa senyum ?
Ada dua eskpresi Jokowi yang saya kenal: ekspresi santai dan ekspresi serius. Kami menangkap kesan bahwa Jokowi semalam tampil dengan penuh keseriusan.
Mengapa Jokowi serius ?
Saya yakin memang tak mudah menjadi Jokowi hari-hari ini. Sejak jauh-jauh hari Jokowi menjadi korban fitnah yang disebar begitu sistematis dan massif. Bukan hanya lewat omongan tapi juga menyebar lewat sosial media dan bahkan dicetak sebagai tabloid yang disebar ke komunitas-komunitas Muslim, bahkan lewat mesjid yang semestinya menjadi rumah ibadah yang sakral.
Semalam kedua pasang kandidat diminta mengikrarkan diri untuk terlibat dalam kampanye yang damai yang tidak menggunakan kekerasan, baik fisik maupun non-fisik. Fitnah dan kampanye hitam adalah bentuk kekerasan non-fisik. Bayangkanlah Anda menjadi Jokowi dalam situasi itu.
Saya yakin Jokowi merasa berada di tengah-tengah kepalsuan, di tengah-tengah banyak pihak yang bermulut manis tapi sesungguhnya melalukan banyak tindakan kotor. Jokowi yang kami kenal adalah Jokowi yang tidak suka, tidak bahagia ada di tengah kepalsuan semacam itu.