Di belakang kompleks Al Hambra terdapat kebun mawar. Lumayan luas. Ada mawar merah dan putih. Kebun mawar itu merupakan pintu masuk menuju taman yang lebih besar. Di sepanjang jalan menuju taman terdapat bunga jasmine. Aromanya yang segar mengiringi perjalanan pengunjung.
Ornamen Al Hambra terbuat dari berbagai unsur. Ada kayu, keramik, dan batu. Ada pula bahan khusus yang didatangkan dari peradaban Romawi, sedangkan kayunya dari Lebanon.
Ukiran serta tekstur yang menghiasi dinding serta pilar Al Hambra mencerminkan tingginya seni arsitektur saat itu. Alirannya beragam. Tidak hanya bernuansa Islam. Ada pula pengaruh budaya Romawi. Karena dimakan usia, beberapa kaligrafi sudah rusak dan tidak terbaca. Di beberapa bagian terpasang jaring untuk menahan bagian dinding agar tidak runtuh. Pengunjung dilarang menyentuh dinding di sejumlah tempat yang dianggap rawan rusak.
Gerusan zaman membuat usia bangunan semakin tua. Ada ruangan di lantai dua yang tidak boleh dimasuki pengunjung karena dikhawatirkan bisa rusak. Andai ada lebih dari 20 orang yang memasuki ruangan itu, dinding ruangan tersebut bisa roboh. Hal itu dibuktikan dengan jutaan pengunjung Al Hambra yang membuat beberapa bagian bangunan rusak. Salah satunya lantai. Dalam kurun waktu tertentu, lantai bangunan harus diganti. \"Bayangkan, setiap hari ada sekitar 7.500 orang yang mengunjungi tempat ini,\" kata Francisco.
Al Hambra bernasib sama dengan Mezquita Cordoba. Setelah Islam tidak lagi berkuasa, Al Hambra harus menerima kenyataan menjadi bagian dari penguasa baru. Pada pertengahan abad ke-14, nasrani menaklukkan Granada. Masa itu disebut Reconquista.
Penguasa yang baru membangun istana serupa di kompleks Al Hambra. Namanya Palacio Charles V. Itu adalah istana yang dibangun Raja Charles V dari Romawi. Berbeda dengan Al Hambra yang bagian depannya terkesan apa adanya, istana Raja Charles V terlihat megah. Bentuknya mirip istana masa Romawi dengan hiasan pilar-pilar besar.
Bagian dalam istana tersebut berbentuk bulat mirip Collosseum di Roma, Italia. Tempat itu menjadi pilihan bagi Raja Charles V untuk berbulan madu dengan permaisuri. Dia juga menambahi bangunan Al Hambra dengan sentuhan Romawi. Kini istana Raja Charles V digunakan untuk panggung konser musik klasik dan opera.
Setelah ratusan tahun berlalu dan Islam tidak lagi berkuasa, keberadaan Al Hambra tetap berkesan. Nama Al Hambra digunakan untuk banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di kota berpenduduk sekitar 250 ribu jiwa tersebut. Al Hambra menjadi nama hotel, jalan, atau toko dan restoran. Al Hambra juga terpampang dalam gambar kartu pos serta aneka suvenir tentang Granada.
Al Hambra adalah destinasi wisata nomor satu di Granada. Pengunjung dikenai tiket masuk 15 euro atau sekitar Rp 240 ribu, lebih mahal daripada mengunjungi Mezquita Cordoba. Dengan luas lebih dari 3,5 hektare, kompleks Al Hambra memberikan pemandangan dan kepuasan tersendiri bagi pengunjung. Butuh waktu sekitar dua jam untuk menuntaskan perjalanan mengelilingi Al Hambra. (*)