Dia menyatakan, poling lembaganya itu dilaksanakan bukan hanya sesudah debat, tapi juga sebelum debat. \"Ketika semakin dekat ke hari pemilihan, debat semakin tidak ada efeknya, masyarakat sudah menentukan pilihan untuk 9 Juli, debat ini ibarat mengukuhkan pilihan mereka saja,\" papar Burhan.
Dia kemudian mencontohkan, bahwa sebagian pemilih Jokowi beranggapan Prabowo Subianto tampil lebih baik ketimbang gubernur DKI Jakarta nonaktif tersebut. Terutama, dalam debat tentang pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial pada 15 Juni 2014 lalu. Namun, lanjut dia, hal tersebut ternyata tidak mengubah pilihan politik pendukung Jokowi-JK.
\"Sebab, ketika ditanya pilihan politik pada 9 Juli, Jokowi masih unggul,\" kata Burhanudin.
Senada, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S. Bakry juga menyatakan, bahwa berdasar hasil survei lembaganya terakhir, hanya 30,8 persen yang menyatakan akan mempertimbangkan performance capres-cawapres dalam debat untuk referensi menentukan pilihan.
Mayoritas publik, menurut dia, tetap menyatakan tidak akan terpengaruh atau akan merubah pilihannya karena debat di televisi. Masih berdasar hasil survei terakhir lembaganya, persentasenya mencapai 55,5 persen. Sedangkan yang menyatakan tidak tahu sebanyak 13,7 persen.
\"Debat hanya berpeluang memperebutkan pemilih yang masih tergolong undecided voters atau mereka yang belum punya pilihan,\" kata Umar.
(bay/dyn)