JAKARTA - Langkah Karen Agustiawan meninggalkan PT Pertamina bukan cuma meninggalkan prestasi. Dia juga meninggalkan beberapa proyek dan rencana besar. Rencana-rencana yang menjadi PR (Pekerjaan Rumah) tersebut bakal menjadi amanat yang bakal dibebankan ke direktur utama yang baru.
Salah satu yang menjadi keinginan PT Pertamina dibawah Karen adalah bisnis hulu minyak dan gas bumi (migas) yang agresif. Dari berbagai rencana, tentu keinginan untuk mengelola Blok Gas Mahakam tak bisa dikesampingkan. Dari awal kepemimpinan Karen, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas itu meminta hak pengelolaan kontrak bagi hasil Mahakam yang bakal habis 2017 nanti puluhan kali.
\"Saya rasa pengelolaan Blok Mahakam memang penting bagi Pertamina. Pasalnya, cadangan yang tersisa pada 2017 masih mencapai 6 – 8 TCF (triliun kaki kubik) gas dan 100 juta barel minyak. Potensi pendapatan kotor Blok Mahakam adalah mencapai USD 120 miliar atau sekitar Rp 1.300 triliun,\" jelas Direktur Indonesian Resources Studies (IRESS) Batubara kemarin.
Langkah tersebut pun terus dilakukan sampai tahun ini. Direktur Hulu PT Pertamina Muhammad Husein mengirimkan kembali surat permintaan saham Blok Mahakam pada bulan Maret 2014. Surat tersebut diakui merupakan upaya ketiga yang dilakukan pihaknya ke pemerintah.
\"Soal Mahakam, kami sudah mengirimkan surat ke tiga kalinya ke pemerintah. Kami inginnya menguasai 100 persen. Saya yakin Pertamina sanggup. Toh sudah dibuktikan dengan Blok ONWJ (Offshore North West Java) yang diakuisisi 2009. Pertama itu produksinya hanya 23 ribu barel per hari (bph). Sekarang sudah lebih dari 40 ribu bph. Itu berarti kami sanggup main basah-basahan (mengoperasikan sumur lepas pantai, Red),\" jelasnya.
PR kedua adalah target masuk lima puluh besar dalam Fortune Global 500, daftar 500 perusahaan terbesar dunia versi majalah Fortune. Selama dua tahun terakhir, Karen berhasil memasukkan BUMN migas itu dalam daftar. Pada 2013, Pertamina bercokol di ranking 122 sebagai posisi pertama. Tahun ini pun, Pertamina masih bisa bertahan meski harus turun satu peringkat menjadi ranking 123.
Tapi, langkah untuk meraih posisi yang lebih tinggi memang cukup sulit. Tahun lalu, Pertamina memang mendapat rapor hijau soal finansial. Laba tahun 2013 tercatat laba sebesar USD 3,07 miliar atau Rp 32,05 triliun. Itu naik 11 persen dibandingkan dengan laba 2012 senilai USD 2,77 miliar.
Tapi, ada satu nilai merah diantara laba yang dicetak. Yaitu, penjualan LPG 12 kg. Tahun lalu, pertamina Rp 5,7 triliun dalam bisnis produk LPG non subsidi tersebut. Karena itu, Pertamina terus memberikan berencana menaikkan harga LPG 12 kg sesuai harga keekonomian. Sayangnya, rencana tersebut selalu ditunda. Terakhir, janji pemerintah untuk membiarkan kenaikan harga bulan ini juga diingkari. \"Kami tidak akan menaikkan (harga elpiji 12 kilogram) sampai ada keputusan dari pemerintah,\" ucap Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya.
Bukan hanya LPG, Pertamina pun sering kebagian apes karena menyalurkan BBM ke pemerintah dan sesama BUMN. Sebut saja utang BBM dari PT Merpati Nusantara yang mencapai Rp 1,38 triliun dan tagihan BBM untuk PT PLN sekitar Rp 6 triliun. Pemerintah pun masih mempunyai utang senilai Rp 28,7 triliun dari subsidi yang tak dibayar.
\"Sebenarnya, semua rencana kedepan itu sudah dilaksanakan dengan tepat oleh Karen. Semua sudah sesuai dengan aturan yang ada di Indonesia. Mulai dari rencana kenaikan LPG 12 kg yang bukan produk subsidi sampai akuisisi Blok Mahakam yang untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Tapi, kendalanya selalu dari pemerintah,\" kritik Marwan.
Karena itu, dia berharap pemerintahan baru nanti menepati janji. Menurutnya, kedua kandidat pun sudah menunjukkan sikap mendukung Pertamina mengembangkan portofolio perusahaan sekaligus energi dunia. Mulai soal Blok Mahakam sampai pengurangan produk bersubsidi disampaikan oleh tim sukses kedua pihak.
\"Yang jelas direktur utama yang baru harus punya integritas dan tak mudah diintervensi. Tinggal lihat saja, apakah pilihan pemerintah baru sesuai dengan harapan. Kalau tidak, pasti akan dapat kritikan pedas dari publik,\" ungkapnya.
(bil)