Dari ruang tamu itu pengunjung bisa menikmati keindahan taman dan danau. Bahkan, di tengah danau dibuatkan sebuah pulau kecil yang dilengkapi bangunan untuk tempat bersantai. Total ada sekitar 25 bangunan yang terpisah-pisah dan hampir seluruhnya didesain menghadap danau. Air danaunya sendiri tidak jernih, namun kehijauan.
Perawatan tanaman pun dilakukan secara rutin dalam pengawasan ketat. Misalnya, jika ada tanaman yang tampak akan layu, segera dicari pengganti yang sama. Sehingga seluruh tanaman tampak tetap segar. Tanaman yang diganti itu akan diupayakan untuk hidup kembali. Jika tidak bisa, barulah dibuang.
Lantai taman yang berupa susunan batuan yang ditancapkan ke tanah masih dibiarkan sebagaimana adanya karena sejak awal pembangunannya juga difungsikan sebagai serapan air. Susunan batuan itu sendiri memiliki makna filosofis. Ada yang dibentuk seperti kupu-kupu, kelelawar, dan tidak ketinggalan: bentuk koin. Bentuk-bentuk tersebut merupakan perlambang harapan akan kemakmuran. Untuk membentuk siluet, digunakan batu berwarna putih.
Hanya ada satu bangunan yang baru, yaitu lorong beratap genting yang memayungi satu bangunan dengan bangunan yang lain. Lorong itu dibikin segaris dengan tepian danau. Di beberapa bagian, lorong tersebut beratap tanaman menjalar. Ada pula lorong yang memiliki semprotan air dari bagian atap. Pemred Kaltim Post Muhammad Rizal Juraid adalah salah seorang delegasi yang sempat mencoba melewati lorong itu. \"Tidak terlalu basah. Butiran airnya tipis,\" ujarnya.
Selain itu, ada tambahan bangunan standar tempat wisata berupa klinik, kafe, maupun toilet. Meski masih satu kompleks dengan bangunan tua, lokasinya agak terpisah dari jalur antar bangunan. Beberapa toilet dibangun nyelempit di sudut taman agar tidak mengganggu estetika.
Udara musim gugur di Suzhou cukup panas dan lembap karena kota tersebut dekat dengan air. Gerahnya udara juga terasa saat delegasi Jawa Pos Group berada di dalam taman. Namun, keindahan taman itu membuat udara panas terlupakan. Kenyamanan yang ditawarkan membuat pengunjung betah berlama-lama menyusuri taman.
Salah satu titik favorit pengunjung untuk berfoto adalah tepian danau yang terdapat rimbunan tanaman teratai. Dari spot tersebut bisa terlihat Pagoda Pan Men yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari taman. Para pengunjung biasanya berfoto dengan latar belakang pagoda itu meski tentu saja terlihat sangat kecil.
Keseluruhan arsitektur taman maupun bangunan di Zhuo Zheng Yuan masih asli dan terawat dengan baik. Pemerintah Suzhou hanya mengganti beberapa pohon tua yang dinilai rawan ambruk dan memperbaiki bangunan-bangunan yang lapuk tanpa sedikit pun mengubah bentuknya. Taman tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya level AAAAA (tipe A di Indonesia).
Taman Zhuo Zheng Yuan mampu menggambarkan kota tua Suzhou dengan baik. Bangunan-bangunan tua menunjukkan makmurnya kota tersebut pada zaman Dinasti Ming. Danau menjadi representasi Kota Suzhou yang dikelilingi air. Kemudian, berbagai jenis pohon yang tumbuh di Suzhou ditanam di situ, termasuk tanaman bunga osmanthus yang menjadi ciri khas kota tersebut.
Zhang mengungkapkan, sebenarnya sejarah taman itu tergolong buruk. Wang Xian Cheng, sang pemilik, adalah seorang jaksa pada zaman Dinasti Ming. Hanya, dia menorehkan catatan buruk. Dia terjerat kasus korupsi dan dipecat dari jabatannya. \"Wang membangun taman ini selama 16 tahun, namun hanya menikmatinya selama 2,5 tahun karena dia meninggal,\" kisahnya.
Meski demikian, Wang telah meninggalkan situs yang sangat cantik dan kini bisa dinikmati seluruh penduduk Suzhou dan Tiongkok pada umumnya. Tidak sedikit pula wisatawan asing yang datang untuk menikmati keindahan taman tersebut. Padahal, untuk bisa masuk ke taman, pengunjung harus mengeluarkan biaya tidak murah.
Harga tiket masuk ke taman mencapai RMB 90 atau Rp 180 ribu (kurs Rp 2.000) pada April\"Oktober. Pada November\"Maret harga tiket masuk hanya RMB 70 atau Rp 140.000. Untuk tiket masuk rombongan, harganya bisa lebih murah, yakni antara 80\"150 yuan.
Taman tersebut tidak buka 24 jam. Pengunjung bisa memasuki taman pada pukul 07.30 hingga 17.30. \"Jumlah pengunjung per harinya 1.000 orang dan pada hari libur mencapai 3.000 orang. Jumlah pengunjung itu dibatasi,\" urai perempuan berambut pendek tersebut. Penduduk Suzhou pun tidak berkeberatan dengan kebijakan membayar keindahan itu.
Pemerintah Suzhou tampaknya benar-benar memanfaatkan taman tersebut untuk memancing wisatawan. Pengelola Humble Administrator\"s Garden menyiapkan 20 orang pemandu gratis berwajah cantik untuk pengunjung yang datang berombongan. Foto-foto mereka dipajang di loket dan rombongan bisa memilih pemandu sesuai dengan keinginan.
Kebijakan serupa diberlakukan di beberapa lokasi wisata lain di Suzhou seperti Tiger Hills dan Pan Men. Hanya, tidak semua pemandu bisa berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Rombongan wisatawan asing biasanya memilih pemandu yang bisa berbahasa Inggris.
Kepala Divisi Propaganda Pemerintah Suzhou Hong Jun mengatakan bahwa pihaknya saat ini membuka diri kepada dunia. Suzhou saat ini menjalin kerja sama sister city dengan puluhan kota di dunia. Kerja sama itu terkait dengan penataan kota, termasuk taman, dan tentu saja ekonomi, termasuk di dalamnya UKM dan industri. \"Kalau Indonesia, belum ada tawaran kerja sama sister city dengan kami,\" ujarnya.